Ada sejumlah upaya sederhana yang bisa dilakukan untuk memverifikasi suatu informasi. Misalnya, dengan memasukkan kata kunci pada mesin pencarian dan memastikan bahwa informasi itu berasal dari laman yang kredibel seperti media massa yang terverifikasi maupun dari laman resmi suatu lembaga.
Selain itu, untuk deepfake atau konten yang diproduksi oleh AI dapat diidentifikasi sebagai berikut. Dilansir Cybernews, konten teks buatan AI cenderung menggunakan pilihan kata yang konsisten pada seluruh kalimat, kurangnya sentuhan manusia, serta tidak mampu memberikan contoh yang spesifik pada kasus-kasus tertentu.
Untuk konten foto atau gambar yang diproduksi oleh AI sering kali menggunakan detail yang tidak konsisten seperti jumlah jari manusia yang melebihi normal. Sementara, untuk video yang dibuat dengan menggunakan AI, biasanya memiliki gerakan wajah yang aneh bahkan tidak konsisten, gerak bibir dan suara yang tidak sesuai, dan transisi adegan yang tidak biasa.
Sebagai pembaca, hendaknya kita jangan menelan mentah-mentah informasi yang diterima. Apa yang terpenting adalah memiliki kemampuan berpikir kritis, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mendasar terkait informasi yang diterima.
Jika mengidap penyakit tertentu, datangilah pusat-pusat kesehatan terdekat dan percayalah kepada dokter-dokter yang memang memiliki kapasitas di bidangnya.
Jangan sampai kita terpedaya dengan muslihat “dokter AI” yang beredar di media sosial dengan tujuan mengeruk keuntungan. Jadi, waspadalah selalu wahai warganet.
BACA JUGA:Presiden: Progres Infrastruktur Istana Kepresidenan IKN Berjalan Baik
BACA JUGA:Presiden Jokowi: Pastikan Anak-anak Indonesia Berinternet Sehat