BABELPOS.ID - Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan deteksi dini terhadap penyakit kanker dapat membantu metode pengobatan yang tepat.
"Kanker paru seringkali ditemukan sudah terlambat, ketika penyakit sudah lanjut sehingga kemungkinan pengobatan sudah amat terbatas," kata Tjandra Yoga di Jakarta, Minggu (25/2).
Ia mengatakan secara umum ada dua jenis kanker paru yaitu golongan yang bukan sel kecil (Non-Small Cell Carcinoma/NSCLC) dan kanker paru jenis sel kecil (Small Cell Carcinoma/SCLC).
"NSCLC lebih sering dijumpai dan tumbuh relatif lebih lambat, sementara SCLC lebih jarang ditemui tetapi tumbuhnya lebih cepat," ujarnya.
BACA JUGA:Vape atau Rokok, Lebih Aman Mana?
BACA JUGA:drg Eva ungkap 90 Persen Kanker Mulut dari Rokok dan Tembakau
Karena itu, lanjutnya, skrining terhadap kemungkinan kanker paru menjadi sangat penting, khususnya pada mereka dengan risiko tinggi dan skrining akan memungkinkan deteksi dini dan akan sangat memperbaiki hasil pengobatan.
Di Indonesia skrining terhadap kanker paru dapat dijumpai masyarakat di berbagai fasilitas kesehatan, salah satunya puskesmas.
Layanan deteksi dini tersebut dikhususkan untuk empat jenis kanker utama yakni kanker payudara dan kanker serviks pada wanita, serta kanker paru-paru, dan kanker usus yang kasusnya banyak ditemui pada pria.
BACA JUGA:Mengurangi Rokok = Menekan Angka Kemiskinan di Babel
BACA JUGA:Tingkatkan Kesehatan Mental dengan Berhenti Merokok
Tjandra mengatakan kanker paru adalah penyebab kematian penting akibat kanker di dunia. International Agency for Research on Cancer (IARC) menyatakan bahwa di dunia ada sekitar 1,8 juta kematian per tahun akibat kanker paru.
"Menurut WHO sekitar 85 persen kanker paru berhubungan dengan kebiasaan merokok," katanya.
Secara umum hal lebih rinci tentang kanker paru antara lain gejala batuk yang tidak sembuh-sembuh, nyeri dada, sesak napas, badan lemah, batuk darah, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, serta infeksi paru yang kerap berulang.
"Pencegahan terbaik adalah berhenti merokok. Juga menghindari paparan asap rokok pasif, polusi udara, serta polusi di tempat kerja seperti bahan kimia dan asbestos," ujarnya.