Nama yang disebut terakhir terhitung masih saudara sesusuan Ka’ab bin Asyraf, sendiri.
Nnaas Ka’ab tiba. Ia turun ke halaman menemui orang-orang yang memanggilnya.
“Sungguh aku mendengar keburukan dari ucapan Silkan bin Salamah.” ujar istrinya mengingatkan.
“Aku mencium bau darah yang menetes dari ucapan mereka,” lanjut istrinya geram dengan teriakan para sahabat Nabi.
Mendapat warning demikian. Ka’ab justru bertambah pongah.
“Pantang bagi seorang dermawan menolak suatu ajakan apapun. Meski diajak kepada tikaman, sang dermawan itu pasti memenuhinya,” seru Ka’ab.
BACA JUGA:Nasib Tragis Para Penghina Nabi. Dibunuh dan Terluka Parah Hingga Kematian
Anehnya, tiba di pekarangan, tak ada apa-apa seperti dikhawatirkan istri Ka’ab. Tapi sejatinya itulah kematangan strategi intelijen Muhammad bin Maslamah, sang panglima operasi.
Bersama yang lain, Muhammad malah mengajak Ka’ab mengitari kebun di kediaman Ka’ab.
“Sungguh parfummu wangi sekali malam ini. Bolehkah saya mencium kepalamu?“ puji Muhammad sambil meraih kening Ka’ab untuk diciumi.
BACA JUGA:Menlu: Indonesia Kutuk Pembakaran Al-Qur'an -
Ajaib. Ka’ab yang sejak tadi pede dengan mudah menyodorkan kepalanya. Para sahabat pun berlomba ikut-ikutan meraih kening Ka’ab. Menikmati parfum mewah milik seorang bangsawan kaya dan pembesar masyarakat saat itu.
Terlena dengan sanjungan, akhirnya Ka’ab benar-benar lupa daratan.
Tiba-tiba Muhammad bin Maslamah mencengkeram kepala Ka’ab sambil berseru lantang.
“Wahai sahabatku, bunuhlah musuh Allah ini!”
BACA JUGA:Reid N Moon Temukan Al Quran Berusia 253 Tahun di Jepang. Buktikan Isinya Sama dengan yang Sekarang