Oleh Sofhie
Guru SMA Negeri 1 Sungailiat
Ada renungan yang sangat bagus. "Anakmu akan mengikuti atau meniru tingkah lakumu, bukan nasihatmu." “Anak-anak jauh lebih membutuhkan kehadiranmu daripada sekadar hadiah darimu."
Aku akan berbagi sudut pandang sebagai seorang pendidik. Di sekolah aku menemukan banyak karakter siswa. Tiap diri mereka memiliki kelemahan dan kekuatan masing-masing. Masing-masing terlahir dengan kisah yang berbeda. Masing-masing dibesarkan dengan perlakuan yang tak sama. Semuanya mengajarkan banyak hal kepada diriku.
Ada siswa yang sangat malas. Ada yang rajin, fokus dengan tujuan. Ada yang berani melanggar aturan. Ada juga yang sangat takut dengan semua tata tertib yang dibuat sekolah. Bagaimanapun mereka adalah anak kami di sekolah yang dipercayakan orang tua untuk dididik dengan baik.
Sekolah yang baik adalah sekolah yang memberikan pelayanan kepada siswa bukan hanya untuk mengatasi masalah di bidang akademik melainkan juga di bidang non-akademik. Remaja mempunyai masalah yang perlu dibantu dan diarahkan dalam mencari solusinya. Mereka tidak suka didikte apalagi selalu dibanding-bandingkan. Pelajaran yang sangat bearti.
Seorang anak bukan hanya anak kita di rumah. Kita berbicara tentang seorang makhluk kecil yang lugu. Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik buat anaknya, buah hatinya. Pasangan yang belum dikarunia anak berusaha dengan berbagai cara agar mendapatkan keturunan.
Ada anak yang dilahirkan dengan cinta. Ada anak yang tidak diinginkan kehadirannya. Ada anak yang sempurna. Ada anak yang butuh perawatan ekstra. Ada anak yang harus ikhlas menerima keadaan. Ada yang tumbuh dengan cinta, dan ada juga yang diliputi luka. Semua sangat kompleks.
Aku mengibaratkan seorang anak adalah lembar putih tiada goresan. Kosong dan bersih. Lalu tiap orang tua mulai bereksprimen dalam goresannya. Goresan itu berdasarkan keinginan masing-masing orang tua.
Goresan yang penuh kemarahan maka akan muncul bibit pemarah. Goresan yang melukiskan hinaan maka akan memunculkan bibit yang senang merundung, memaki, dan mencaci. Ada juga goresan yang sangat hati-hati. Tiap tanda baca diperhatikan agar tidak menimbulkan makna ambigu. Tiap kata dikaji ulang jangan sampai menimbulkan kubu-kubu maka lahirlah bibit unggul yang tahan segala hama.
Anak adalah titipan yang harus dijaga dengan baik. Hal ini seharusnya menjadi tugas bersama. Kontrol tumbuh kembang anak tidak hanya dibebankan kepada orang tua saja melainkan juga semua aspek kehidupan. Kita seringkali mendengar anak-anak yang tertindas namun tak ada yang membela dikarenakan dirinya tidak mampu. Anak-anak miskin tidak mendapatkan perlakuan yang sama. Anak kita pewaris masa depan bangsa.
Di bidang pendidikan pun tak jauh beda. Mata pelajaran sains masih dianggap sebagai tolok ukur keberhasilan seorang anak. Pengabaian karakter dan budi pekerti menciptakan generasi yang suka tawuran, penyalahgunaan obatan terlarang, seks bebas, dan korupsi.
Pemerintah harus lebih mengedepankan muatan budi pekerti. Aku ingat zaman sekolah dulu apabila salah satu nilai dari mapel PMP , agama, atau bahasa Indonesia mendapatkan nilai merah maka dirinya tidak akan naik kelas. Pendidikan moral waktu itu menggali lebih dalam contoh-contoh pengamalan sila dalam pancasila.
Pelajaran agama muatan kurikulumnya tidak banyak namun mengedepankan bagaimana hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan-Nya, dan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Sedangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa mengajak para siswa untuk bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia.
Demikianlah anak-anak dulu yang dibesarkan dengan tujuan yang jelas. Orang tua tidak ikut campur tangan ketika anak dimarahi di sekolah. Anak yang tidak mengaji akan dipukul oleh guru ngaji. Semua membekas dalam ingatan dan membentuk pribadi yang sadar akan tata krama dan juga nilai-nilai.
Generasi sekarang adalah generasi yang serba instant mereka terkadang menginginkan sesuatu tanpa ada perjuangan. Tetapi aku tak bisa menyalahkan mereka karena kesalahan juga ada di tangan orang tua yang biasa memudahkan semua urusan dari kecil. Anak dimanja dan dipenuhi semua keinginannya. Hal ini berdampak ketika jelang dewasa.
Sebagai guru seringkali aku bertemu dengan tipikal anak seperti ini yang sangat susah diatur. Dirinya merasa benar meskipun berbuat salah. Seorang anak adalah cerminan dari orang tua. Orang tua harus memiliki kesadaran bahwa buah yang jatuh tak jauh dari pohonnya. Anak yang nakal dan banyak masalah di sekolah tidak bisa serta merta karena dirinya sendiri. Kita harus banyak becermin sebelum melabeli diri dengan suatu kebanggaan.
Orang tua selalu berupaya memperbaiki diri agar anak-anak mempunyai keteladanan yang baik. Harapannya akan tumbuh permata indah di negara yang tercinta ini. Di pundak mereka terbentang segala harapan dan doa. Anakku, permata indah pewaris masa depan. Semoga Tuhan melindungi semua anak kita.(**)
Anak Kita Pewaris Masa Depan Bangsa
Selasa 11-04-2023,21:51 WIB
Editor : Budi1
Kategori :