Kemudian, lanjut Asyraf, faktor sosial budaya, dimana anak menikah karena malu jika tidak laku atau perawan tua dan perempuan dianggap tidak perlu sekolah tinggi tinggi. Disamping itu, tradisi turun temurun dalam keluarga, putus sekolah dan akhirnya harus menikah karena takut zina serta faktor married by accident.
"Kondisi ini juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor pendidikan seperti kurangnya penerapan nilamoral dalam keluarga, pendidikan kesehatan reproduksi masih dianggap tabu dalam keluarga sehingga kadang remaja justru mencari informasi di luar yang belum tersaring, faktor kemajuan teknologi komunikasi, dimana teknologi dan sosial media justru sering disalahgunakan pemanfaatannya, bukan untuk belajar tapi cari jodoh, situs pornografi, melakukan transaksi-transaksi yang ilegal seperti yang viral baru baru ini booking order dan sebagainya," bener Asyraf.
Karena itu, dikatakan Asyraf, perkawinan anak tidak memberi dampak positif bagi semua pihak. Katanya, perkawinan usia anak menyebabkan hilangnya kesempatan bagi anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
BACA JUGA: Razia di Sejumlah Tempat Temukan Pengendara dengan Knalpot Racing
"Ya Anak yang harusnya masih bermain dan belajar akhirnya terpaksa putus sekolah, bekerja dan mengurus rumah tangga. Belum lagi remaja putri yang akan melahirkan di usia anak berisiko mengalami perdarahan, kejang (pre-eklamsia) dan kematian akibat organ reproduksi yang belum siap untuk proses persalinan.
Perkawinan usia anak juga berisiko terhadap stunting. Remaja putri yang harusnya masih memerlukan nutrisi penuh harus berbagi dengan bayi yang ada dalam kandungannya," katanya.
Untuk itu, lanjutnta, dalam upaya pencegahan perkawinan anak, Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah melakukan berbagai upaya promotif dan preventif antara lain melalui regulasi, advokasi dan KIE kepada stakeholder terkait, melakukan promosi di media massa, melakukan pengembangan dan penguatan jejaring melalui kerja sama dan mou dengan lintas sektor, lembaga masyarakat/organisasi kemasyarakatan, akademisi, dunia usaha dan media.
BACA JUGA: Saintific Band Juarai Sugar Rush Festival
Asyraf menambahkan, upaya pencegahan perkawinan anak dan stunting harus dilaksanakan secara masif dan bersinergi agar diperoleh hasil yang optimal.
Pihaknya berharap kedepan SMK Negeri 2 Pangkalpinang sebagai tempat anak-anak memperoleh pendidikan dapat mencetak alumni-alumni yang berkualitas dan pastinya terhindar dari perkawinan usia anak.
"Untuk itu, kami mengajak seluruh siswa dan guru di SMK Negeri 2 ini untuk bersama sama mendukung upaya pencegahan perkawinan anak dan stunting dengan terus mensosialisasikan informasi ini kepada remaja, orang tua dan keluarga agar angka perkawinan anak di bangka belitung terus menurun. Setop perkawinan anak," tukasnya.