Pembentukan Pangkalpinang (Bagian Tiga)

Selasa 27-09-2022,10:08 WIB
Editor : Babelpos

Oleh: Dato’Akhmad Elvian, DPMP - Sejarawan dan Budayawan, Penerima Anugerah Kebudayaan

UMUMNYA jalan-jalan  raya yang ada dibangun di pulau Bangka seminimal mungkin menghindari menyeberangi sungai dan jalan biasanya juga terhubung langsung ke sungai untuk mencapai wilayah tertentu terutama pada muara sungai besar di selat Bangka seperti songie Mundo (Menduk), dan songie Kotta (Bangkakota). 

Jalan yang menghubungkan Pankal Pinang melewati beberapa kampung di Selatannya melalui wilayah bagian tengah pulau Bangka sampai ke Koba kemudian pada pertengahan abad 19 diubah rutenya oleh pemerintah Hindia Belanda seiring dengan pembangunan jalan raya baru dan pembangunan serta pemindahan kampung-kampung baru di sepanjang pesisir Timur pantai pulau Bangka mulai dari Mentok sampai ke Toboali sepanjang 176 paal. Kalau dipelajari dengan seksama tinggal beberapa nama kampung saja yang masih bertahan dan tersisa hingga sekarang. 

Selanjutnya keadaan di Pangkalpinang dapat dipelajari melalui Kaart van het Eiland Banka zamengesteld in 1845 en 1846 door H.M.Lange, bahwa terdapat beberapa kampung dekat Pankal-Pinang yaitu Ayer-Itam, Messoe, Selienta, Pankool, Lampoyang, Koendoer Oeloe, Moenjang yang terletak di sebelah Selatan Pankal Pinang berada di pesisir Timur. 

Kemudian kampung Namen (Namang), Tjiloeak, Soenkap, Poepot, Paret Doendang, Kates, Klassah, Dinding Papan berada di bagian Tengah pulau Bangka, dan kampung Masoena, Nihin of Batjong, Treblan, Seraij, Paret-Trantang, Melabon, berada di Selatan Pankal Pinang berbatasan dengan Soengi Slan. 

Selanjutnya terdapat kampung Petaling, Loko, Sid, Poeding, dan Pankal Mundo di bagian Barat Pankal Pinang. Jalan raya yang menghubungkan antar kampung sudah tampak begitu jelas, hanya jalan dari Pankal Pinang ke Ayer-Itam dan Tanjung Boenga yang masih terdiri dari jalan setapak. 

Sumber-sumber tertulis tentang Pangkalpinang sebelum perlawanan rakyat Bangka yang dipimpin oleh Depati Amir tampaknya masih didominasi oleh sejarah pertimahan. Pemerintah Hindia Belanda juga masih terus mendatangkan pekerja tambang dari Cina untuk bekerja di parit-parit penambangan. 

Franz Epp, dalam bukunya Schilderungen aus Ostindiens Archipel, Heidelberg: J.C.B. Mohr, 1841, halaman 190 menyatakan, bahwa pada tahun 1839 Masehi produksi Timah dari penambangan di delapan distrik pulau Bangka berjumlah 60.500 pikul dan produksi Timah dari distrik Pankalpinang cukup besar meliputi 8.000 pikul, atau 13,22 persen dari seluruh produksi timah di pulau Bangka pada masa itu. 

Setelah perlawanan rakyat Bangka yang dipimpin oleh Depati Amir tahun 1851 Masehi, terjadi perubahan besar pada kondisi di pulau Bangka. Keadaan penduduk di pulau Bangka digambarkan oleh Franz Epp dalam buku lainnya, Schilderungen aus Hollandisch-Ostinden, Heidelberg, J.C.B. Mohr, 1852, halaman 209. 

Buku yang diterbitkan pada tahun 1852 Masehi atau setelah berkecamuknya peperangan memuat tabel statistik (statistische verhaltnisse) tentang kondisi penduduk Banka pada tahun 1848 Masehi. 

Dalam tabel statistik dinyatakan jumlah total penduduk pulau Banka sebesar 41.246 jiwa terdiri dari Bankanesen (pribumi Bangka) 26.291 jiwa, Melajen (Melayu) 4.903 jiwa, Chinesen (China) 10.052 jiwa. Penduduk pulau Banka mendiami 482 kampung di delapan distrik yaitu Muntok, Jebus, Blinju, Sungiliat und Marawang, Pankalpinang, Sungiselan, Koba dan Toboaly. 

Bila dibandingkan data dari residen Inggris di Bangka M.H. Court, atau data pada masa akhir kekuasaan Inggris tahun 1817 Masehi dengan jumlah penduduk pulau Bangka pada waktu itu sebesar 13.413 jiwa, dengan data dari tabel statistik (statistische verhaltnisse) Franz Epp pada tahun 1848 dengan jumlah penduduk sebesar 41.246 jiwa, berarti telah terjadi peningkatan jumlah penduduk di pulau Bangka sebesar 27.833 jiwa atau 67,48 persen selama rentang waktu 31 tahun. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada penduduk Bankanesen (pribumi Bangka) sejumlah 20.540 jiwa atau 78,13 persen 

Dalam tabel statistik (statistische verhaltnisse) Franz Epp, tentang penduduk pulau Banka tahun 1848 Masehi (disusun pada tahun awal perlawanan rakyat Bangka yang dipimpin oleh Depati Amir), memuat data tentang penduduk yang tinggal di distrik Pankalpinang berjumlah 6.694 jiwa atau sebesar 16,23 persen dari total penduduk pulau Bangka (41.246 jiwa).

 Penduduk distrik Pankalpinang terdiri dari Bankanesen (pribumi Bangka) berjumlah 4.576 jiwa, Melajen (Melayu) berjumlah 251 jiwa, dan Chinesen (China) berjumlah 1.867 jiwa. Penduduk distrik Pankalpinang tersebut mendiami 105 kampung. 

Jumlah penduduk Bankanesen (pribumi Bangka) di Pankalpinang meliputi sekitar 17,41 persen dari keseluruhan Bankanesen (pribumi Bangka) di pulau Bangka dan merupakan urutan kedua terbesar setelah distrik Marawang und Soengi Leat. 

Kategori :