Negeri Politik...

AGENDA politik nasional negeri ini sudah jelas tegas. Yaitu Pilkada dan Pemilu digelar 2024. Dan itu berarti 3 tahun lebih lagi. Tapi tengoklah, terutama di Jakarta, Pemilu terutama Pilpres terasa seperti bakal digelar besok sore.... Oleh: Syahril Sahidir - CEO Babel Pos Grup -- MENDADAK saja banyak entah dari kelompok masyarakat mana atau apalah namanya menyatakan mendukung si anu menjadi Capres Pemilu mendatang. Lalu muncul pula kelompok lain lagi, mendukung pula si ini menjadi Capres. Bahkan sudah ada yang mengajukan Capres berpasangan segala. Tidak salah memang. Namun nuansa keinginan dan nafsu kekuasaan jadi terasa demikian kental. Rakyat diam bukan berarti tak paham. Rakyat hanya menyaksikan, namun tidak sedikit pula bertanya dalam diam, apakah sudah saatnya berbicara soal kekuasaan yang sekian tahun lagi ketika derita dihajar pandemi belum berakhir? Apakah sebegitu pentingnya soal Capres/Cawapres dibicarakan kini, sementara agenda negeri semestinya mengedepankan penyelamatan ekonomi yang babak belur dihajar pandemi? Lebih ironis lagi, sudah ada pula yang mendukung Presiden Joko Widodo untuk ketiga kalinya. Padahal aturan tak mengizinkan, dan JOkowi sendiri sudah tegas-tegas menolak. *** ALANGKAH eloknya, keinginan soal Capres/Cawapres itu dijadikan agenda tersembunyi di balik perbuatan positif untuk negeri ini. Lebih elok lagi selama beberapa tahun ke depan ini, para peminat Capres/Cawapres itu berjuang dan berbuat serta bersuara untuk perbaikan ekonomi rakyat. Bila perlu jadikan agenda perbaikan ekonomi rakyat dan bersuara untuk kepentingan rakyat itu sebagai \\\'makanan\\\' sehari-hari sehingga rakyat paling tidak merasa diperhatikan. Dalam politik \\\'ilmu dagang\\\', jika rakyat sudah merasa diperhatikan, dipedulikan, dan kepentingannya benar-benar dikawal, kadang tak usah ditawar, tapi rakyat justru akan datang meminta. \\\'\\\'Kami minta Bapak mencalonkan diri...\\\'\\\' Tak perlu rekayasa, karena ini balas jasa. Tapi yah, maklum ini memang negeri politik... ***