Kepsek SD 22 Toboali Akui Ada Bullying Siswa di Sekolahnya, Tapi...

Kepsek SD 22 didampingi jajaran Dindikbud dan Kominfo Basel menjelaskan kasus bullying saat jumpa pers, Senin (28/7).--Foto: Ilham
BABELPOS.ID, TOBOALI - Kronologis bullying di SD 22 Toboali, Kabupaten Bangka Selatan (Basel) yang diduga hingga memakan korban jiwa salah satu siswa ZH (10) meninggal dunia, mulai terkuak.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Basel bersama Kepsek SD 22, LPAI Babel dan PLT Kadis Diskominfo Basel menjelaskan kasus ini ke media dalam konferensi pers di Toboali, Senin (28/7).
Kepsek SD 22 Toboali, Cholid, mengakui bahwa kejadian perundungan tersebut benar terjadi, tetapi hanya verbal dan tidak ada kekerasan fisik.
"Perundungan tersebut benar adanya, tetapi hanya verbal saja atau mengolok-olok saja dan tidak ada kekerasan fisik," ucapnya, Senin (28/07).
BACA JUGA:Gubernur Kirimkan Tim Pencari Fakta Kasus Bullying dan Kekerasan Terhadap Anak di Basel
BACA JUGA:Diduga Menjadi Korban Bullying di Sekolah, Seorang Siswa SD di Toboali Meninggal Dunia
Dijelaskannya, kejadian perundungan ini diketahui setelah ibu korban pada Kamis (17/07) mendatangi sekolah, mengadukan bahwa anaknya menjadi korban bullying oleh teman-temannya dengan cara diolok olok.
Mengetahui hal tersebut pihak sekolah langsung memanggil terduga 6 anak tersebut. Tetapi entah karena ketakutan, 4 anak sempat kabur keluar sekolah dan 2 lainnya tetap berada di sekolah.
Setelah ia mengetahui anak murid kabur, pihaknya meminta tolong ke penjaga sekolah guna mencari keberadaannya. 4 siswa tersebut akhirnya ditemukan di area bekas tambang atau TI.
"Awalnya orang tua korban ini melapor ke sekolah terkait perundungan tersebut, dan pihak sekolah langsung memanggil ke 6 siswa tersebut yang tak lain kakak kelas korban," ungkapnya.
Pada Senin (21/07) pihak sekolah memanggil para orang tua terduga pembully dan membuat surat pernyataan untuk tidak melakukannya lagi. Surat itu juga diketahui oleh para orang tua masing masing anak tersebut.
Namun, dari introgasi yang dilakukan, bahwa salah satu pembully mengakui kalau ia sempat mengetuk-ngetuk panci di pinggir telinga korban, sedangkan lima lainnya mengaku hanya mengolok-olok saja.
BACA JUGA:Pendidikan yang Gagal Merawat: Bullying, Trauma, dan Nyawa yang Terenggut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: