Ini Dugaan Penyebab Jatuhnya Pesawat Air India yang Tewaskan Ratusan Penumpang

Ini Dugaan Penyebab Jatuhnya Pesawat Air India yang Tewaskan Ratusan Penumpang

Puing-puing pesawat Air India yang jatuh di asrama kampus kedokteran. --Foto: ist

Davidson menggarisbawahi, data penerbangan saja tidak cukup untuk menentukan kesalahan yang terjadi. Namun, data ini menunjukkan adanya masalah saat pesawat mengudara.

"Data tersebut memberi tahu kita bahwa pesawat ini tidak pernah benar-benar mengudara dengan cara yang serius," ungkapnya.

"Apa pun yang terjadi, itu terjadi dengan cepat, dan tepat pada fase penerbangan yang paling kritis," imbuhnya.

BACA JUGA:Temuan Ombudsman Babel Terkait SPMB 2025/2026: Favoritisme Sekolah Bikin Overload Pendaftaran

BACA JUGA:Baru Dikenal Lewat HP, Cewek Mentok Dicabuli di Kebun Sawit

Dalam forum pilot, para pakar penerbangan mengatakan dalam tragedi ini kedengarannya seperti Turbin Udara Ram (RAT) pesawat, turbin angin darurat telah digunakan sesaat sebelum kecelakaan.

Catatan data yang direkam pada interval 30 detik menunjukkan pesawat tetap di darat atau meluncur perlahan selama lebih dari empat menit setelah pertama kali terdaftar pada pelacak publik.

Data pelacakan penerbangan awal dari flightradar24 mengungkapkan pesawat mencapai ketinggian hanya 625 kaki setelah lepas landas. Ketinggian ini jauh di bawah standar untuk pesawat komersial beberapa menit setelah lepas landas.

Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil India mengatakan pesawat mengirimkan panggilan mayday beberapa saat sebelum tragedi itu terjadi.

Profesor Ilmu Atmosfer Universitas Reading, Prof Paul Williams, mengamati pada saat keberangkatan, kondisi cuaca di bandara tampaknya sangat baik. Menurutnya jarak pandang juga bagus, ada angin sepoi-sepoi dari barat, dan tidak ada cuaca buruk di sekitarnya.

"Saat itu cuaca sedang kering dan cerah di Ahmedabad, dengan suhu mendekati 40°C," ujarnya.

"Tidak ada indikasi pada tahap ini bahwa turbulensi atau kondisi cuaca lainnya menjadi faktor dalam kecelakaan itu," imbuhnya.

Ketua Keselamatan Lloyd's Register, Universitas York, Prof John McDermid menilai kecelakaan ini mengejutkan lantaran terjadi bahkan sebelum pesawat mencapai ketinggian 200 meter.

"Pilot dapat membatalkan lepas landas hingga cukup lama dalam putaran lepas landas, jadi tampaknya masalah tersebut terjadi sangat tiba-tiba di bagian akhir putaran lepas landas, atau segera setelah lepas landas, dan cukup serius hingga tidak dapat ditangani," paparnya.

Ia menyebut kejadian ini mengejutkan, mengingat tingkat redundansi dalam sistem dengan fakta pesawat ini dirancang untuk lepas landas hanya dengan satu mesin dan sebagainya dalam pandangan pertama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: