Siung Ramadan, Simbol Kehadiran PT Timah dalam Kehidupan Masyarakat

Siung PT Timah Tbk.--
BABELPOS.ID, PANGKALPINANG - Di beberapa daerah di Indonesia, ada beragam tradisi penanda buka puasa seperti beduk, azan maupun lainnya. Sama halnya dengan di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ada penanda khas waktu berbuka puasa yang hanya ada di bulan Ramadan yaitu siung dari kantor pusat PT Timah Tbk.
Siung yang berasal dari speaker besar yang ditopang menara di Kantor pusat PT Timah Tbk ini berbunyi pada saat waktu berbuka puasa dan pada waktu memasuki waktu sahur dan saat memasuki waktu Imsyak.
BACA JUGA:Sinergi BRI dan BPJS Ketenagakerjaan Dorong Inklusi Jaminan Sosial bagi Pekerja Informal
Siung dari kantor PT Timah ini sudah puluhan tahun berjasa menjadi penanda waktu berbuka puasa warga Pangkalpinang.
Pada hari-hari biasa, Siung ini menjadi penanda waktu masuk kantor dan waktu pulang kerja bagi karyawan PT Timah Tbk.
BACA JUGA:PP Diteken Presiden Prabowo, THR & Gaji ke-13 ASN Cair Mulai 17 Maret
Dalam ekosistem bisnis modern, kehadiran perusahaan tidak hanya dianggap sebagai sebuah entitas bisnis, namun tumbuh dan menyatu dengan kehidupan sosial masyarakat, memberikan nilai tambah melalui berbagai kontribusi dan program tanggung jawab sosial perusahaan.
BACA JUGA:Bulan Ramadan, Donasi Pegawai PLN Beri Sambungan Listrik Gratis Bagi 2.597 Keluarga Prasejahtera
Seperti PT Timah Tbk yang telah tumbuh dan berkembang bersama masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Bahkan di momen Ramadan seperti ini, keberadaan PT Timah menjadi bagian dalam ciri khas Ramadhan yang ada di Bangka Belitung dengan kehadiran siungnya.
BACA JUGA:Sinergi BRI dan BPJS Ketenagakerjaan Dorong Inklusi Jaminan Sosial bagi Pekerja Informal
Sejarawan dan Budayawan Bangka Belitung Dato' Akhmad Elvian menjelaskan bunyi siung mulai dikenal oleh masyarakat Bangka ketika perusahaan Tambang Timah Belanda Banka Tin Winning (BTW) mulai mengenalkan sistem mekanisasi dalam pertambangan sekitar akhir abad 19 Masehi.
Siung dalam bahasa Melayu berarti dengungan atau desingan bunyi Lebah atau Tabun yang sedang terbang membelah kesunyian dan kenyamanan.
BACA JUGA:Dokter Jantungnya Jadi Tersangka ITE Karena Persaingan Bisnis, Manajemen RSUP Buka Suara
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: