Oerip Sumohardjo dan TKR: Aneh Negara Zonder Tentara

Oerip Sumohardjo dan TKR: Aneh Negara Zonder Tentara

JENDERAL OERIP SOEMOHARDJO--

BABELPOS.ID.- Semua berawal dari berakhir Perang Dunia II.  Hingga beruntut termasuk ke Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. 

Adalah mantan pensiunan KNIL (Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger) yang merupakan tentara kerajaan Hindia Belanda Oerip Soemohardjo yang langsung turun.  Oerip memimpin sekelompok komandan militer mengajukan petisi untuk membentuk formasi militer nasional.  

'Aneh negara zonder tentara'.  Sebuah negara yang baru diproklamirkan tentu butuh tentara, dan 'aneh jika negara tanpa tentara'.

BACA JUGA: 5 Oktober TKR Dibentuk Pusat, 29 Oktober TKR Bangka Berdiri

Oerip Soemohardjo memang tidak setenar Soedirman. di dunia kemiliteran Indonesia kiprahnya demikian besar, bahkan Jenderal Soedirman adalah salah satu juniornya. 

Oerip yang kala itu sudah berusia 52 tahun, gelisah mengapa pemerintah tidak segera membentuk angkatan perang, justru pada saat negara muda yang baru merdeka itu rentan menghadapi ancaman militer dari luar.

Pemerintah hanya membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) untuk negara sebesar nusantara. Ia kemudian memprotes dengan ucapan: 

“Aneh! negara zonder tentara!” -zonder dalam bahasa Belanda berarti tanpa-

BACA JUGA: RS DKT Pangkalpinang = The Garrison Hospital 3rd Class

Sebagai rasa tanggap, pemerintah pada tanggal 5 Oktober 1945 mengumumkan pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) --sekarang menjadi HUT TNI-- yang merupakan cikal bakal TNI. Pada tanggal 18 Desember 1945 Soedirman dan Oerip dilantik sebagai Panglima Besar dan Kepala Staf Umum, masing-masing dengan pangkat Jenderal dan Letnan Jenderal. 

Setelah kemerdekaan Indonesia, kekuatan cikal bakal TNI ini memang sepenuhnya dibentuk oleh kedua perwira mantan anggota PETA dan KNIL.

Dalam usahanya membina Angkatan perang, Oerip seringkali harus berhadapan dengan intrik politik. Perjanjian Linggajati yang 

ditandatangani dalam bulan Maret 1947 dipandangnya tidak lebih dari pembela jalan bagi Belanda untuk melancarkan agresi militernya.

Oerip sangat marah, ia menentang kebijakaan yang dijalankan pemerintah. Ia tidak sepakat dengan kebijakan pemerintah republik yang menempuh jalur diplomasi dengan Belanda. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: