Polisi Itu Pelayan Masyarakat yang Bermental Baja

Polisi Itu Pelayan Masyarakat yang Bermental Baja

Ilustrasi saat Polantas mengatur lalulintas di perempatan jalan Toboali.--Ilham

Oleh: Ilham Febry Kurniawan 

 

.....Ahhhhhh... Dungguh menyebalkan cahaya itu tanpa permisi begitu saja memasuki lubang lubang kecil diantara dinding rumah. Tapi aku langsung tersadar, aku tak pantas mengumpat dengan perkataan yang kasar karena sinar itu juga salah satu ciptaan tuhan yang susah ku kalahkan.

Tanpa berfikir panjang aku berdiri menuju ke ruangan dengan cepat. Ku percikkan air ke tubuh ku. Terasa segar. Jujur saja aku sudah 2 hari tak menyentuh air sama sekali.

Terlihat waktu berdetak dengan cepat "ahhhh kesal sekali, aku terlambat aku. Teledor aku lamban, tapi bukan salah ku juga karena waktu itu berputar dengan cepat" pikir ku.

Beruang merah beroda 2 sudah ku duduki. Lalu ku tarik gas dan melaju dengan cepat. Terlihat ada dua sosok tua dan muda begitu teratur dan lengkap dengan seragam, peluit serta romp. Mereka terlihat gagah dengan butiran keringat tampak di wajahnya. Sinar sang surya yang menyengat tidak mereka pedulikan. Bahkan tersirat dari wajah mereka seakan menantang sang surya. Sungguh para polisi pengatur lalu lintas tidak peduli dengan sengatan surya.

Spanduk terpampang di jalanan dengan berbagai tulisan, "polisi sahabat masyarakat", "polisi pelayan masyarakat". Terdengar aneh kalimat-kalimat itu. Tetapi mereka memang pelayan masyarakat.

Pagi-pagi mereka sudah turun ke jalan mengatur lalu lintas yang begitu rumit dan padat. Pengendara berebut saling mendahului. Bunyi klakson bersahutan memekakkan jalanan. Tapi para polisi itu dengan sabar mengatur lalu lintas. Umpatan bagai "nyanyian" rutin yang tiap hari mereka dengar. Tak emosi, para polantas tetap melayani dengan hati.

"Sabar ibu, sabar ibu, sabar ibu... dengan sabar polisi itu berucap. Ucap polisi menenangkan seorang ibu yang buru-buru hingga mau melanggar.

...Ahhh aku berfikir lebih baik ibu itu ditilang saja. Tetapi polisi lalulintas itu tetap berbaik hati tanpa mengeluarkan buku tilang untuk menghukum sesuai aturan yang mereka pelajari. 

Pelayan masyarakat mungkin cocok disematkan kepada polisi itu. Seorang bapak tua mendorong motor dengan susah payah. Melihat itu, dengan sigap seorang polisi mendorong tanpa mempedulikan orang orang sekitar.

Mencibir, dia pencitraan, dia hanya ingin dipuji, mulut-mulut itu terus mencibir tanpa rasa bersalah..Dalam benak, aku terus berbicara, aku melihat polisi itu hanya terdiam atau mungkin dia pura-pura tidak dengar. Yah itu bisa juga terjadi mereka pura-pura tidak mendengar walaupun sedikit sesak, tertangis dalam hati atas perlakuan yang diterimanya. Ahh!! sekali lagi aku bergumam itu tugasnya sebagai pelayan masyarakat, tetapi kebaikan yang dia tunjukkan memang pantas dipuji, tidak untuk kau hina, dia juga manusia sama seperti kita, mempunyai keluarga, teman sahabat bahkan musuh yang tidak menyukainya, tapi dia memang petugas negara dan pelayan masyarakat.

Dalam hati aku terus bergumam dengan pikiran ku, seburuk itukah pandangan seseorang kepada polisi lalulintas itu, bahkan dengan senyuman yang terlintas di bibirnya dia tetap menyapa, meniupkan peluit menggerakkan tangan dengan mengatur lalu lintas terlihat lancar, Sungguh busuk hati mereka yang masih mencaci maki karena polisi itu menjalankan tugasnya.

Pernahkah kita semua berfikir kalau polisi lalu lintas itu mogok bekerja, heeii bung !! Kita ini pemarah, enggan terkena macet, enggan mengalah satu sama lain. Bisa dibayangkan sebesar apa emosi kita meledak. Ahhh sampah sekali mulut kita kadang berkata buruk tentang polisi lalu lintas itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: