Agenda Pengendalian Inflasi Masa Depan

Agenda Pengendalian Inflasi Masa Depan

Dr. Reniati, SE.,M.Si--Ist

Oleh: Dr. Reniati, SE.,M.Si

Ketua Magister Manajemen Universitas Bangka Belitung

Inflasi mulai terkendali

SEJAK bulan September 2022 dunia dikejutkan oleh kenaikan harga yang terjadi secara global. Berdasarkan data dari Trading Economic (2022) ada 10 negara yang mengalami tekanan inflasi hebat. Negara terbesar adalah di Zimbabwe sebesar 285% secara yoy. Menyusul Lebanon 162% (yoy), Suriah 139% (yoy), Sudan 125% (yoy), Venezuela 114% (yoy), Turki 83,45% (yoy), Turki 83,45% (yoy), Argentina 78,5% (yoy), Sri Lanka 69,8% (yoy), Iran 52,2% (yoy) dan Suriname 39,1% (yoy). Indonesia masih beruntung angka inflasinya walaupun pernah dikhawatirkan bisa terjadi stagflasi tetapi masih tergolong rendah.

Persoalan inflasi ternyata sangat terkait dengan volatile food yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh kejutan dalam kelompok yang berasal dari bahan makanan. Gejolak pada kluster ini akan mengancam stabilitas masyarakat, karena merupakan kebutuhan pokok yang menyangkut keberlangsungan hidup umat manusia. Jika kita melihat ke belakang Thomas Robert Malthus tahun 1.798 telah memprediksikan bahwa dunia akan menghadapi ancaman karena ketidakmapuan penyediaan pangan memadai bagi penduduknya. Secara ringkas dinyatakan bahwa peningkatan produksi pangan mengikuti deret hitung (2,3,4,5,6…..) dan pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur (2,4,8,16,32….) sehingga manusia pada masa depan akan mengalami ancaman kekurangan pangan.

Oleh karena itu selain kriis energi dan krisis finansial yang paling berbahaya adalah apabila terjadi krisis pangan. Beberapa negara sudah memiliki lesson learn bahwa inflasi yang mengarah kepada stagflasi dan inflasi bisa menimbulkan ketidakpercayaan kepada pemerintah dan berpotensi untuk terjadi demonstrasi yang meluas dan kontraproduktif. Oleh karena itu menjaga kestabilan bahan makanan ini menjadi tugas pemerintah bagi masyarakat.

Ditengah ekspektasi inflasi tahun ini sekitar diatas 7%, ada kabar yang sedikit melegakan Ketika Badan Pusat Statistik (BPS), menyampaikan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Oktober 2022 mengalami deflasi 0,11% (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan awal maupun inflasi bulan sebelumnya yang tercatat 1,17% (mtm). Realisasi inflasi yang lebih rendah dari prakiraan awal tersebut sejalan dengan dampak penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap kenaikan inflasi kelompok pangan bergejolak (volatile food) dan inflasi kelompok harga diatur Pemerintah (administered prices) yang tidak sebesar prakiraan awal. Sementara itu, inflasi inti tetap terjaga rendah seiring dengan lebih rendahnya dampak second arround dari penyesuaian harga BBM tersebut dan belum kuatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan. Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK secara tahunan tercatat 5,71% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan awal maupun inflasi IHK bulan sebelumnya yang mencapai 5,95% (yoy).

Inflasi Bangka Belitung

Sebagai Provinsi Kepulauan, Bangka Belitung pernah menempatkan diri sebagai Provinsi rangking 3 terbesar di Indonesia pada bulan Juli kemarin, tetapi kemudian mengalami perlambatan yang cukup signifikan hingga bulan Oktober 2022 Gabungan 2 Kota di Bangka Belitung mengalami deflasi sebesar 0,55% dengan IHK 113,16. Tingkat inflasi tahun kalender Oktober 2022 adalah sebesar 4,30 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Oktober 2022 terhadap Oktober 2021) adalah sebesar 6,23 persen.

Kedua kota pantauan IHK di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga mengalami deflasi, yakni pangkalpinang sebesar 0,30 persen dengan IHK 112,34 dengan Tanjungpanda sebesar 1,00 persen dengan IHK114,64. Deflasi bulan ini terjadi karena adanya penurunan indeks pada 4 kelompok pengeluaran, yaitu; kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,67 persen; kelompok transportasi sebesar 0,10 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,34 persen; serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,04 persen. Sementara itu kelompok yang mengalami peningkatan indeks adalah kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,03 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,17 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,37 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,24 persen; dan kelompok pendidikan sebesar 0,03 persen. Kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya serta kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran adalah kelompok yang terpantau stabil.

Andil deflasi Gabungan 2 Kota di Bangka Belitung Oktober 2022 utamanya disumbang oleh komoditas cabai merah, ikan selar, dan ikan kembung. Sementara pendorong laju inflasi disebabkan oleh peningkatan harga komoditas bensin, rokok kretek filter, dan air kemasan. Sehingga dari sini kita bisa melihat bahwa volatile food di bulan Oktober ini cenderung mengalami deflasi sedangkan administered price cenderung mendorong inflasi.

Volatile Food menjadi Kunci

Kelompok volatile food pada Oktober 2022 kembali mencatat deflasi sebesar 1,62% (mtm), lebih besar dari prakiraan awal dan deflasi bulan sebelumnya sebesar 0,79% (mtm). Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh deflasi aneka cabai serta telur dan daging ayam ras didukung oleh peningkatan stok seiring dengan panen raya hortikultura, kondisi pasokan telur dan daging ayam ras yang lebih dari cukup, serta langkah-langkah pengendalian harga yang ditempuh bersama-sama oleh Pemerintah, Pusat dan Daerah, Bank Indonesia, dan mitra strategis lainnya melalui TPIP-TPID dan GNPIP. Di sisi lain, komoditas beras mengalami inflasi seiring dengan berakhirnya panen di mayoritas daerah sentra. Dengan perkembangan tersebut, inflasi kelompok volatile food secara tahunan juga mengalami penurunan dari 9,02% (yoy) pada bulan lalu menjadi 7,19% (yoy).

Inflasi kelompok administered prices pada Oktober 2022 menurun menjadi 0,33% (mtm) dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang mencapai 6,18% (mtm). Penurunan inflasi tersebut terutama dampak langsung (first round effect) penyesuaian harga BBM bersubsidi yang berangsur normal dan penurunan tarif angkutan udara sejalan dengan meredanya tekanan harga avtur. Penurunan inflasi lebih lanjut tertahan oleh dampak lanjutan penyesuaian harga BBM bersubsidi terhadap angkutan dalam kota dan inflasi bahan bakar rumah tangga seiring dengan penyesuaian harga di tingkat pengecer. Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami inflasi yang stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 13,28% (yoy).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: