Dalam Haji Tetap Perlu Diplomasi
![Dalam Haji Tetap Perlu Diplomasi](https://babelpos.disway.id/assets/default.png)
KETIKA Pemerintah Arab Saudi mengumumkan bahwa tahun 2021 Ibadah Haji dibuka dengan hanya untuk 60.000 calon haji --15 ribu untuk dalam negeri Saudi dan 45 ribu untuk luar negeri Saudi--, umat muslim termasuk di Indonesia menyambut gembira. Meski jumlah itu sangat jauh memang dibanding tahun-tahun sebelumnya, namun tentu dinilai lebih baik ketimbang tahun 2020 yang memang ditiadakan. Oleh: Syahril Sahidir - CEO Babel Pos Grup -- DARI Kuota 45 ribu itu, besar harapan sekian ribu atau sekian belas ribu untuk Indonesia yang dikenal sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di Dunia. Bahkan mungkin dengan jumlah Calon Jemah Haji (CJH) yang masuk daftar tunggu terbesar pula di dunia? Dan lagi --karena begitu biasanya--, begitu kuota untuk Indonesia sudah didapat, pihak Kementerian Agama (Kemenag) akan terus lobi-lobi guna memperjuangkan meminta penambahan kuota. Lalu --lagi-lagi biasanya-- menjelang keberangkatan, Kemenag mengumumkan ada penambahan kuota hasil lobi yang hebat tentunya--. Nah, bersujud syukurlah mereka yang semula disiapkan tahun berikutnya, malah mendadak diumumkan bisa berangkat tahun ini. Meski terburu-buru persiapan, toh akhirnya yang penting bisa berangkat tahun ini. Tahun depan belum tentu, karena bisa jadi ajal keburu menjemput, maklum JCH negeri ini cenderung rata-rata sudah berumur (Maaf, bukan mencampuri meski urusan ajal itu hak prerogatif Tuhan). *** SEMUA mendadak pupus. Menteri Agama Yaqut Chalil Qaumas pada Kamis (3/6) mengumumkan pembatalan calon haji Indonesia untuk tahun 2021 ini. Kontan semua geger, kaget, kecewa, dan tentunya tidak sedikit pula yang mendukung dengan alasan pandemi. Bahkan, Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HWN) saja mengaku prihatin dengan pembatalan itu. Karena pihak Arab Saudi sudah mengumumkan akan membuka haji tahun 2021 untuk calon haji dari luar Saudi Arabia. Loh, kalau begini, jangankan menambah kuota, harapan yang ada saja sudah pupus sebelum ada kata putus? Dalam hal ini, HWN juga menyayangkan karena langkah pamungkas belum dilakukan Menteri. Yaitu komunikasi dan diplomasi tingkat kepala negara, antara Presiden Jokowi dengan Raja Salman bin Abdul Aziz. \\\'\\\'Ini penting dan bisa dilakukan Presiden Jokowi untuk membuktikan keseriusan Pemerintah membela hak calon haji yang juga Rakyat Indonesia itu,\\\'\\\' ujar HWN. \\\'\\\'Kami sudah ingatkan sejak awal raker dengan Menag Yaqut Chalil Qaumas soal pentingnya lobi diplomasi kelas tinggi untuk buka peluang pemberangkatan calon haji dari Indonesia, agar Presiden Jokowi berkomunikasi langsung dengan Raja Salman,\" ujarnya, Jumat (4/6) lalu. Kalau upaya pamungkas itu sudah dilakukan dan tetap berat juga, rakyat negeri ini tentu memaklumi. Bukankah hak mereka sudah diperjuangkan pemimpinnya. *** NAMUN, dunia belum kiamat, meski berat. Langkah peniadaan bisa jadi berubah jika memang Presiden Jokowi misalnya turun tangan memperjuangkan dan melakukan lobi tingkat tinggi itu. Dan sedapatnya, itu dilakukan. Karena kekecewaan dan hujatan ke pihak Kemenag tentu semua sudah tahu --terutama di Medsos. Meski diakui, tidak pula sedikit yang membela. Langkah taktis dan politis terutama jalan diplomasi masih memungkinkan. Karena negeri Jiran Malaysia hingga saat ini belum melakukan langkah yang sama seperti Indonesia. Malaysia masih tetap menunggu jawaban dari pemerintah Arab Saudi terkait pemberangkatan jamaah haji. \"Yang pertama menjadi adab kita sebagai sebuah negara termasuk dengan Arab Saudi. Kita akan menunggu jawaban resmi dari mereka yang diantar surat kepada kita. Itu praktik biasa yang dilakukan setiap tahun,\" ujar Zulkifli dalam acara bincang-bincang \"Takut Allah atau Takut COVID-19\" di TV1 Malaysia, Jumat (4/6). \"Surat ke Tabung Haji (Lembaga Pengelola Haji Malaysia) masih kita tunggu dan pemerintah Malaysia juga masih menunggu,\" katanya. Bahkan, ia melakukan pertemuan hampir setiap minggu terkait dengan persoalan haji. \"Cuma lawatan saya ke Arab Saudi pada musim haji saya boleh sampaikan kalaupun ada haji pada musim pandemik ini jumlahnya akan dikurangi termasuk untuk negara-negara lain,\" katanya. Tentu akan dapat dibayangkan apa yang akan terjadi di Medsos, jika kemudian Malaysia ternyata mendapat kuota haji, sementara Indonesia sudah terlanjur meniadakan? *** SEMOGA harapan itu masih ada?***
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: