Dinsos Babel Dukung Rehabilitasi di Yayasan Rehabilitasi Mental Moeliya

Dinsos Babel Dukung Rehabilitasi di Yayasan Rehabilitasi Mental Moeliya

*Rehabilitasi Pecandu Napza yang Terganggu Mentalnya -- SUNGAILIAT - Dinsospemdes Babel mendukung eksistensi penanganan pecandu Napza yang ditangani Yayasan Rehabilitasi Mental Mulya (RMM). Hal ini dilakukan dengan memaksimalkan pihak terkait dalam penanganan penderita Napza agar ikut bersinergi \"Tempat ini rekomended banget yang bisa kita usulkan ke kemensos untuk diberikan stimulus. Ini untuk membantu pihak yayasan agar membantu saudara-saudara kita,\" kata Kepala Dinsospemdes Babel, Budi Utama saat meninjau aktivitas Yayasan RMM di Sungailiat, Jumat (24/9). Ia katakan, Dinsospemdes Babel sangat fokus terhadap tempat rehabilitasi ini terutama seperti yang ada di Yayasan RMM. Selama ini untuk penanganan penderita Napza sempat terkendala karena adanya pandemi Covid-19. Namun keberadaan Yayasan RMM membuat masyarakat yang membutuhkan pengobatan atas efek dari Napza bisa terbantu \"Kami sangat berharap ini, supaya masyarakat kita jadi kurang bebannya. Tapi bukan berarti karena dibantu malah (penderita Napza) kita ke sini. Namun kalau ada tolong hubungi dinsos juga kawan kawan seperti bang Magrizan,\" ujar Budi Utama. Sebanyak 23 pecandu Napza menjalani rehab mental di Yayasan RMM. Walau untuk penanganan Napza merupakan kewenangan pusat namun di daerah perlu mengambil peran. \"Walau kita tidak ada kewenangan tetapi tupoksi ada. Jujur saja soal anggaran kita tidak ada, tetapi kita bisa atur. Intinya jangan sampai baper dalam hal ini. Jangan begado ini wilayah kami, sekarang siapa punya waktu silakan jalan, ini adalah tugas kita,\" pesannya. Ia lanjutkan Yayasan RMM merupakan perpanjangan mitra pemerintah yang harus didukung. Pemerintah tidak akan mampu berbuat seperti Yayasan RMM apalagi keberadaan UPT rehab di Babel yang hanya dua. Itu pun kondisinya tidak maksimal mengingat UPT rehab di belakang Polda Babel sekarang malah kosong. Di Beltim dikelola 20 tenaga tetapi belum maksimal. Ia mendorong pekerja sosial, TKSK untuk ambil bagian sebagai salah satu yang bisa membantu penyandang sosial. Sementara itu pembina Yayasan RMM, Magrizan mengaku pihaknya berusaha untuk berbuat bagi pecandu Napza maupun penyandang disabilitas. Saat memulai dulunya dilakukan dengan tidak banyak pemikiran yang lama, tetapi mengedepankan aksi. \"Ternyata kegiatan kami disupport bapak gubernur, beliau sudah dua kali ke sini. Yang penting bersinergi antara Yayasan Rehabilitasi Mental Moeliya dengan dinas sosial dan pihak terkait lainnya,\" sebut Magrizan. Pria yang juga anggota DPRD Bangka ini menambahkan, para pasien pecandu Napza dilayani dengan biaya sesuai kondisi. Bila pasien benar-benar mampu disilakan membayar, bila kurang mampu dipersilakan membayar semampunya. \"Bila tak mampu sama sekali kita gratiskan,\" ujarnya. Pihaknya lebih dulu mendirikan Yayasan Pendaki Sehati bagi korban penyalahgunaan Napza namun belakangan hasil penelitian terdapat tujuh dari sepuluh pecandu Napza terganggu rehabilitasi secara mental. Sehingga Yayasan RMM ikut didirikan untuk merehabilitasi mental pecandu Napza. Menurutnya, Yayasan RMM merupakan salah satu langkah permulaan untuk bersinergi dalam hal instrumen kesehatan jiwa bagi penyandang disabilitas mental. Pihaknya pun siap bersinergi dan mensukseskan program rehabilitasi pecandu Napza bersama pemerintah daerah di kabupaten/kota yang ada. Direktur Program Yayasan RMM, Ronald menambahkan, dalam menyembuhkan penderita Napza, pihaknya menggunakan berbagai metode. Secara prinsip rehabilitasi yang dilakukan tidak menggunakan metode seperti \"pemukulan\". \"Kita menggunakan berbagai terapi, di sini tidak ada pemukulan. Yang kita lakukam bagaimana menyentuh hati mereka untuk total setop memakai narkoba,\" ujar Ronald. Selain melakukan detoktifikasi, pembinaan spritual juga berbagai upaya lainnya secara kesinambungan. Kesembuhan pasien tergantung kondisi lama pemakaian Napza. \"Sebab racun di dalam otak karena pemakaian narkoba bila benar berhenti akan keluar di bulan 14 dan bersih di bulan 36. Namun tetap meninggalkan kerusakan otak yang bisa membuat kambuh kembali,\" tukasnya. (trh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: