Oleh : Novieza
Mahasiswa Pasca Sarjana, Prodi Magister Manajemen, Universitas Bangka Belitung
___________________________________________
Ekonomi hijau berbasis kakao di Bangka Belitung mulai menemukan bentuknya melalui gerakan hilirisasi biji kakao dan tumbuhnya UMKM cokelat lokal yang didampingi pemerintah daerah, kampus, dan Bank Indonesia. Jika dirancang dengan baik, rantai nilai kakao–cokelat bisa menjadi sumber pertumbuhan baru yang berkelanjutan di luar timah dan sawit.
Selama ini, kakao di banyak daerah Indonesia umumnya dijual dalam bentuk biji kering dengan nilai tambah terbatas, sementara margin tinggi dinikmati di level industri pengolahan dan merek cokelat. Bangka Belitung mulai menggeser pola ini melalui hilirisasi: pengembangan UMKM cokelat lokal yang mengolah biji kakao menjadi cokelat batangan, minuman cokelat, dan produk turunan lain (praline, cokelat bubuk, oleh-oleh khas).
Peran Hilirisasi Kakao untuk ekonomi Hijau Kepulauan Bangka Belitung
Bank Indonesia Perwakilan Kepulauan Bangka Belitung meluncurkan program penanaman 1.000 pohon kakao di berbagai titik (termasuk pesantren dan lahan masyarakat) sebagai bagian dari dukungan net zero emissions sekaligus pemberdayaan ekonomi lokal. Program ini mengangkat tema “1.000 Kakao untuk Bangka Belitung: Menanam Harapan, Menumbuhkan Kehidupan” dan dikaitkan langsung dengan agenda Net Zero Emission serta Carbon Offset Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2025. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Rommy S. Tamawiwy, mengatakan beberapa indikatornya meliputi target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060, peningkatan porsi energi baru terbarukan hingga 23% pada 2025, dan penguatan ekonomi digital dengan target UMKM onboarding digital. Beliau menambahkan bahwa ekonomi hijau dipandang sebagai “game changer”, sehingga pertumbuhan ekonomi harus berjalan seiring dengan kelestarian lingkungan melalui aksi nyata seperti penanaman kakao.
Dukungan Dinas untuk Green Ekonomi berbasis Kakao
Dinas Koperasi dan UKM Kepulauan Bangka Belitung (DKUKM) secara eksplisit mendorong hilirisasi biji kakao melalui pelatihan pengolahan cokelat bagi UMKM, sebagai upaya menaikkan nilai tambah di daerah. Bapak Adi Setiawan, S.Mn Kepala Seksi Penyelenggara Pelatihan UPTD Balatkop UMKM mengatakan “saat ini semakin banyak petani yang mulai menanam bibit Kakao setelah melihat peluang yang ada dan potensi keuantungannya yang cukup menggiurkan”, beliau mendorong petani kakao dan penggiat usaha kecil untuk mulai melihat propek dari hilirisasi tanaman ini. Fakultas Ekonomi UBB, Dinas Koperasi UMKM serta komunitas seperti Coklat CandU dan Kamiz Choc’s aktif mengembangkan industri cokelat lokal, termasuk pelatihan produktivitas, pengolahan bean-to-bar, kemasan, dan digital marketing untuk UMKM dan komunitas pengembang kakao di Bangka.
BACA JUGA:Strategi Inovasi Hilirisasi Produk Pertanian Babel: Penggerak Daya Saing dan Ekonomi Berkelanjutan
BACA JUGA:Ekonomi Babel di Persimpngan Jalan: Strategi Bertahan atau Bertransformasi?
Analisis data dan tren pengembangan kakao–cokelat
Berdasarkan data dari BPS ditahun 2024 produksi Kakao di Kepulauan Bangka Belitung baru mencapai 30 Ton, berbanding jauh dengan provinsi tetangga yang mencapai ribuan ton setiap tahunnya. Data ini menjadi tantangan bagi pemerintah daerah dalam pembangunan ekonomi Babel sebagai alternatif dari sektor yang telah ada seperti Timah dan Non-Timah. Potensi ekonomi dan prioritas pengembangan komoditas di Babel menempatkan kakao sebagai salah satu komoditas yang layak dikembangkan sebagai diversifikasi ekonomi non-timah, terutama di beberapa kecamatan dengan agroklimat cocok. Kegiatan pelatihan hilirisasi dan digital marketing oleh DKUKM dan UBB menunjukkan bahwa jumlah UMKM berbasis kakao/cokelat mulai tumbuh, meskipun masih relatif kecil dibanding UMKM kuliner umum.
Peran UMKM cokelat dalam pembangunan berkelanjutan
Cokelat CandU berdiri sekitar 2020, berawal dari ketertarikan pemiliknya yang sejak kecil menyukai cokelat lalu belajar sendiri membuat cokelat dari biji kakao yang dibeli dari tetangga, hingga akhirnya memiliki mesin penggiling dan memproduksi cokelat secara profesional. Brand ini menegaskan diri sebagai cokelat origin kakao Bangka dengan produk utama dark chocolate, bubuk kakao, teh kakao, minuman, cake, dan cookies, menggunakan kakao fermentasi lokal serta gula aren Bangka Belitung tanpa perisa, pewarna, penguat aroma, dan pengawet sintetis. Cokelat CandU mengoperasikan Production House dan Learning Center di Jalan Linggarjati, Pangkalpinang, yang memungkinkan pengunjung menikmati cokelat sekaligus melihat proses pengolahannya dari hulu ke hilir.