Republik ini harus memilih, terus melanggengkan ketimpangan yang menguntungkan segelintir elite, atau membangun sistem yang berpihak pada mereka yang bekerja dalam senyap namun bermakna. Pilihannya bukan soal teknis anggaran, tetapi soal keberpihakan politik dan moral. Sebab tidak ada bangsa yang maju tanpa menghargai guru-gurunya. Dan tidak ada bangsa yang adil selama birokrat dan oligarki hidup bergelimang fasilitas, sementara guru honorer hidup dalam kesenjangan yang menyesakkan.
Inilah saatnya untuk berkata tegas: sejahterakan guru honorer, potong privilese birokrasi, dan batasi kerakusan oligarki. Jika republik ini masih punya nurani, maka keadilan sosial harus dimulai dari ruang kelas. Sebab di sanalah masa depan bangsa ditulis, oleh tangan-tangan yang kini justru paling diabaikan.
BACA JUGA:Pulau Tujuh Bukan Sekadar Gugusan Karang, Dukung Langkah Gubernur Babel ke Mahkamah Konstitusi
BACA JUGA:MENJERNIHKAN KALDU TIMAH BANGKA BELITUNG