Golkar Bangka: Rasionalitas Politik dalam Gelombang Mahar dan Manuver Pilkada

Senin 09-06-2025,12:02 WIB
Reporter : Ujang Supriyanto
Editor : Jal

Oleh: Ujang Supriyanto

Wakil Ketua Golkar Kab Bangka Bidang Media Massa, Penggalangan Opini

___________________________________________

Menjelang dibukanya tahapan pendaftaran Pilkada oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), atmosfer politik lokal di Kabupaten Bangka mulai bergerak dari tahap penjajakan menuju fase determinasi. Kandidat mulai memantapkan posisi, partai politik saling menjajaki peluang, dan publik makin ingin tahu: siapa yang akan tampil sebagai calon pemimpin berikutnya?

Namun, di balik dinamika yang mengemuka, ada dua paradoks yang tengah menggelayuti ruang komunikasi politik: kebingungan partai dalam menentukan standar etis dan pragmatis soal “mahar politik”, serta keraguan kandidat dalam menilai dan menawar harga tiket dukungan. Inilah realitas yang —meski sering dihindari pembahasannya secara terbuka— menjadi arus bawah dari kontestasi lokal kita.

Fenomena "Transaksionalisme Elektoral"

Dalam kajian ilmu politik, situasi ini disebut sebagai bentuk transaksionalisme elektoral, di mana pertimbangan elektabilitas tidak hanya dibangun dari kapasitas, kapabilitas, dan akseptabilitas, melainkan juga kemampuan finansial kandidat untuk membiayai ongkos politik struktural dan kultural. Partai sebagai kendaraan politik, dalam beberapa kasus, tidak lagi sepenuhnya berperan sebagai institusi kaderisasi dan penyaring ideologi, melainkan berubah menjadi entitas yang membuka “lelang tak resmi” atas tiket dukungan.

Kondisi ini menciptakan dilema strategis: partai bingung menentukan figur ideal, karena harus menimbang antara nilai kontribusi (mahar), elektabilitas, dan loyalitas jangka panjang; sementara kandidat bingung memilih partai, karena harus menyesuaikan visi politiknya dengan kemampuan logistik.

BACA JUGA:Menggali PAD Bangka: Jangan Hanya Parkirkan Harapan di Lahan Parkir

BACA JUGA:Pilkada dan Hikmah Kurban: Antara Idealisme Rakyat dan Mahar yang Menggiurkan

Golkar: Antara Rasionalitas, Infrastruktur, dan Konsistensi

Di tengah arus ini, Partai Golkar Kabupaten Bangka justru tampil dengan strategi yang nyaris tak terbaca oleh lawan politiknya. Tidak banyak manuver di permukaan, tetapi di baliknya berlangsung proses konsolidasi internal yang sangat disiplin. Ini bukan karena Golkar pasif, tetapi karena partai ini sedang memainkan pendekatan yang disebut “strategic patience”—sebuah taktik menunggu dengan kalkulasi.

Golkar Bangka, dalam beberapa tahun terakhir, telah membangun tiga modal penting:

1. Modal Organisasi: Kekuatan struktur dari tingkat desa hingga kabupaten yang masih sangat aktif dan loyal.

2. Modal Kultural: Basis pemilih tradisional yang terjaga, terutama dari kalangan tua dan komunitas ekonomi menengah.

3. Modal Koalisi: Kemampuan menjalin komunikasi lintas partai, baik formal maupun informal, yang tidak didasari motif pragmatis semata.

Kombinasi inilah yang membuat Golkar tenang dan justru karena ketenangannya itulah, Golkar dinilai menghanyutkan.

Kategori :