"Untuk di Babel saya yakin madrasah-madrasah, pondok-pondok pesantren juga akan menjadi bagian yang pertama untuk mengenalkan program atau paradigma terhadap keilmuan ekoteologi ini," ujarnya.
BACA JUGA:Manfaatkan Pendanaan Usaha dari BRI, Waroeng Tani Tetap Berjaya Hingga Lintas Generasi
Ia menerangkan bahwa bibit pohon matoa ini juga disupport secara sukarela oleh para ASN di lingkungan Kanwil Kemenag Babel sehingga jumlahnya mampu mencapai kurang lebih 3000 bibit pohon matoa.
"Pohon jenis matoa ini merupakan pohon endemik yang diharapkan mampu memberikan semangat baru untuk lebih menghargai antara belahan 1 bumi dengan bumi yang lain.
Sebab itu mari hal ini kita rawat dengan baik," ajak pria yang juga berprofesi sebagai dosen ini.
BACA JUGA:Puslitbang Polri Gelar Penelitian Profesionalitas dan Mitigasi Etik di Polres Bangka Tengah
Sementara itu, Pelaksana Harian PLH Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Bangka Belitung, Edi Kurniadi menyebut bahwa dengan indeks kualitas lingkungan hidup di Babel yang tutupan lahannya semakin berkurang, maka melalui program penanaman 1 juta pohon matoa yang dilaksanakan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia termasuk di lingkungan Kanwil Kemenag Babel ini.
“Ini tentunya sangat positif dalam mendukung untuk langkah percepatan bagi perbaikan kondisi kerusakan lingkungan yang ada di Babel.
Dan kami terus mengajak kepada seluruh masyarakat, perusahaan agar semua juga ikut terlibat dalam penghijauan dan penyelamatan lingkungan Babel,” ujar Edi.
BACA JUGA:Wagub Hellyana Dorong Bandara H.A.S. Hanandjoeddin Kembali Jadi Bandara Internasional
Ia juga menyebut kondisi lahan kritis di Babel sudah mencapai 100 ribu hektar lebih, namun indeks tutupan lahan di Babel trendnya terus mengalami kenaikan sekitar 20 ribuan hektar.
“Kami sebenarnya dalam sehari menargetkan kurang lebih 7 hektar, sehingga artinya minimal harus ada 700 pohon yang ditanam setiap hari, dan inilah yang akan terus kita kejar,” harap Edi.