Salah satu tantangan terbesar dalam kepemimpinan Paus Fransiskus adalah penanganan skandal pelecehan seksual anak yang melibatkan para imam.
Ia mencopot sejumlah uskup yang dituduh menutup-nutupi kasus pelecehan, serta membentuk komisi khusus di Vatikan untuk menangani isu ini. Namun, para pengkritiknya menilai langkah-langkah tersebut belum cukup -- proses keadilan bagi para korban dinilai berjalan lambat.
Paus Fransiskus juga kerap menyuarakan pendapatnya mengenai isu global di luar lingkup gereja. Ia mengkritik kapitalisme pasar bebas, yang menurutnya “membunuh” kaum miskin.
Ia mendesak pemerintah dunia agar mengambil langkah lebih tegas terhadap perubahan iklim, dan menjadi pembela hak-hak migran -- bahkan pernah membandingkan pusat-pusat penahanan migran di Eropa dengan kamp konsentrasi. Pernyataan-pernyataan itu memicu kritik dari kalangan politisi konservatif dan para pemimpin bisnis.
Meski kerap dianggap sebagai paus progresif, Fransiskus tetap teguh dalam sejumlah ajaran pokok Gereja Katolik. Ia mempertahankan sikap tradisional terkait aborsi, pernikahan sesama jenis, dan peran perempuan dalam gereja -- menunjukkan bahwa ia bukanlah seorang liberal seperti yang dibayangkan sebagian pihak.
Keputusannya mengganti sejumlah kardinal konservatif dengan sosok-sosok progresif semakin memperuncing penolakan. Beberapa kalangan dalam Vatikan menuduhnya meminggirkan kaum tradisionalis demi menjalankan agenda reformasi.
BACA JUGA:PN Pangkalpinang Klarifikasi Pertemuan Panitera, Berikut Penjelasan Yusrizal dan Iwan Kurniawan
BACA JUGA:Resmi Memimpin Babel, Gubernur Hidayat Target Berantas Penyelundupan
Kontroversi masa lalu
Jauh sebelum menjadi paus, peran Bergoglio selama masa kediktatoran militer Argentina (1976–1983) sempat menjadi perdebatan.
Sebagai kepala ordo Jesuit di negara itu, ia dituduh gagal melindungi dua imam yang diculik. Tuduhan lain menyebut ia tidak menindaklanjuti permintaan untuk mencari bayi dari seorang perempuan yang diculik dan dibunuh oleh rezim.
Vatikan membantah keras tuduhan bahwa ia terlibat dalam kesalahan apa pun.
Peraih Nobel Perdamaian dan aktivis hak asasi manusia Adolfo Perez Esquivel -- yang pernah ditahan dan disiksa selama masa diktator -- membela Paus Fransiskus dan menyatakan tidak ada bukti bahwa ia bekerja sama dengan rezim militer.
Sejak menjadi paus, Fransiskus telah mengambil langkah-langkah untuk mengakui peran gereja dalam masa kelam Argentina.
Ia memulai proses beatifikasi bagi para imam yang dibunuh rezim, dan memerintahkan Vatikan membuka arsip-arsipnya bagi para korban dan keluarga mereka.
Yang pasti, Paus Fransiskus akan dikenang sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam Gereja Katolik global.
Dorongan reformasinya mengundang pujian sekaligus penolakan keras. Pandangan sosial dan ekonominya terus memecah opini, dan gaya kepemimpinan Paus Fransiskus telah membentuk kembali Vatikan dengan cara yang akan berdampak panjang.