Karena tidak ada perintah stop dan belum pernah dihimbau oleh Polairud kata Rendi maka sampai di Belo Laut dirinya langsung menurun rajuk untuk ngecam ada atau tidak timah nya. "Yang nyuruh kerja bos kami, ya kami tetap kerja dan belum dapat timah, selama kami diamankan belum pernah dihubungi atau menghubungi wartawan, jadi saya tidak pernah mengatakan Polairud minta uang damai," ujar Rendi yang juga dibenarkan 10 orang yang diamankan.
Pemilik ponton Nanang dan Arif juga membantah menghubungi wartawan mengatakan Polairud minta uang Rp20 sampai Rp30 juta. Kalau ada berita yang mengatakan Polairud minta uang maka itu adalah fitnah. "Saya sampai saat ini belum ada menghubungi atau dihubungi Polair, apa lagi saya yang menyampaikan ke wartawan, tidak benar itu dan yang diamankan itu benar ponton kami dan hanya 2 unit bukan 60 unit," ujar Nanang yang juga dibenarkan Arif.
Nanang mengatakan ponton miliknya merupakan ponton tower bukan selam dan selama ini bekerja di IUP PT Timah dibawah naungan mitra PT Timah. Di Belo sendiri baru ngecam dan itu memang ada panitia kampung yang nyuruh. "Kita pemilik ponton tahu nya ke panitia kampung, karena selama ini bekerja di IUP PT Timah dan timah nya setor ke CV mitra PT Timah jadi kami tidak tahu urusan CV ke PT Timah bagaimana," ungkapnya.
Nanang sendiri kalau dipanggil Polairud siap datang guna memberi keterangan yang sebenarnya namum sampai saat ini belum ada yang menghubungi. "Kita siap datang kalau dipanggil," ujarnya.