Sengitnya Perlawanan Depati Amir Hingga Kepalanya Dihargai Belanda 1000 dolar perak Spanyol

Jumat 10-11-2023,17:16 WIB
Reporter : Admin
Editor : Admin

BABELPOS.ID.- Hari Pahlawan 10 November, akan mengingatkan kita bagaimana jiwa-jiwa heroik para pahlawah negeri ini.  Termasuk Pahlawan Nasional Asal Bangka Belitung (Babel), Depati Amir.

“Kita harus berani melawan orang-orang yang membinasakan negeri, selama kita masih punya jiwa, Pemerintah Hindia Belanda akan merasakan hari-hari terang menjadi gelap, Saya rela binasa daripada harus berunding dengan Belanda”. 

Selanjutnya dalam surat dari Residen Timor tanggal 11 Maret 1853 Nomor 14/1 (ANRI: Mgs. 4 Juli 1853 Nomor 1497), pada bagian penghujung surat yang ditulis Amir dituliskan kata-kata: 

“... Djikalau boleh barangkali adjalku sudah sampai harus meninggalkan dunia ini, dimana saya suka akan menyimpan tulang-tulang saya....” 

Surat ditandatangani Amir dengan goresan tangan menggunakan rangkaian huruf Arab: Alif, Mim, Ya dan Ro dan terbaca “Amir”

Demikian catatan yang diperoleh media ini dari Sejarawan dan Budayawan Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia, Dato’ Akhmad Elvian, DPMP.  

BACA JUGA:PAHLAWAN DUABELAS (Bagian Satu)

Depati Amir, begitu Ia disapa, gelarnya oleh orang Eropa sebagai “Orang Yang Berbahaya” (ist ein gefahrlicher Mensch), pemberontakannya di Bangka melawan pemerintah Hindia Belanda mengguncang jagat Batavia, Bangka dalam status “staat van beleg” (darurat perang), tidak kurang dari Dua batalyon pasukan infanteri dikirim ke Bangka untuk menumpasnya, sedikitnya 5 kapal perang uap canggih, memutus hubungan Amir dengan sekutu kuatnya, batin-batin orang Laut dan orang Lingga serta Lanun. 

''Iapun dikhianati, dikejar, dikepung dan kepalanya dihargai dengan nilai fantastis: 1000 dolar perak Spanyol (Sp. matten), Ia ditangkap dan dibuang tanpa disidang secara estafet dari hutan Mendo Barat-markas militer Bakem- Kapal Uap Onrust di teluk Kelabat-Mentok-Batavia-Surabaya dan akhirnya ke Kupang pulau Timor,'' ujar Akhmad Elvian lagi.

Peristiwa sejarah besar (great historical event) pemberontakan Amir adalah drama perjuangan yang patut ditulis dalam goresan tinta emas Sejarah Nasional, dan jerih perjuangannya kemudian dicatat dan ditetapkan sebagai seorang Pahlawan Nasional dari Bangka Belitung. 

Kenyataan kekalahan yang sangat pahit diderita militer Belanda, dan ini sangat memalukan, diakui sendiri oleh W.A. van Rees, seorang petinggi militer Belanda, dalam buku yang ditulisnya: Wachia, Taykong en Amir, Rotterdam: H.Nijgh,1859.

“Pasukan-pasukan yang didatangkan itu berturut-turut kembali ke Jawa. Mereka tidak dapat berbangga pada perwira-perwira perang yang gemilang, pada kemenangan yang diperoleh dalam asap mesiu dan genangan darah; mereka hanya menunjuk pada 292 wajah-wajah mereka yang lesu, tak sehat pada anggota-anggota badan mereka yang kurus, pada tempat-tempat yang kosong dalam barisan mereka dan pada rumah sakit Mentok yang penuh,” ujar Alhmad Elvian menguitp catatan (Bakar, 1969:54). 

BACA JUGA:PAHLAWAN DUABELAS (Bagian Dua)

Residen Bangkapun bersurat kepada Gubernur Jenderal, ditulis di Belinju pada tanggal 26-1-1851/ XIV-A (ANRI:BL: 25-3-1851 Nomor 13 hal.3): ...”bahwa pemberontak Amir banyak punya kepentingan besar, dan bilamana tak tepat waktu ambil tindakan keras diubah (tindakan militer), pemerintah Bangka masih bertahun lamanya dengan kesulitan yang sangat itu, akan mendapat kesulitan”. 

Amir memang memiliki kepentingan dan cita-cita besar, eschatologi perjuangannya adalah membebaskan rakyat dari belenggu penjajahan. Sang Residen Belanda F. van Olden pun berkeluh kesah dalam bukunya De muiterij van Amir, dan mengkambinghitamkan “alam”, dikatakan van Olden: betapa sulitnya medan perang di pulau Bangka yang terdiri dari lembah, sungai, bukit, rawa-rawa, padang ilalang dan hutan belantara yang sulit ditembus sehingga menyulitkan upaya penangkapan Depati Amir. 

Kategori :