BABELPOS.ID.- Selesainya Masjid Agung Kubah Timah (MAKT) --rencana diresmikannya 9 November 2023 mendatang--, bagai melengkapi objek wisata --juga wisata religi-- di Pangkalpinang selaku Ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel).
Masjid yang dipastikan akan menjadi objek wisata religi dengan ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki daerah lain, ini didesain arsitek ternama Mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil atau yag akrab disapa Kang Emil.
Meski namanya Kubah Timah, tidak semua dilapisi timah. Maklum, jika semua menggunakan unsur timah dana yang digelontorkan tentu akan membengkak.
MAKT diperkirakan bisa menampung 1000-1200 jamaah.
Hal lain adalah, posisi MAKT yang bersebelahan dengan Gereja Maranatha (1927), yang berarti akan menjadi simbol kerukunan beragama daerah ini.
BACA JUGA:Masjid Kubah Timah Jadi Program Prioritas Pemkot Pangkalpinang
Gereja Maranatha
Gereja Maranatha Pangkalpinang, adalah gereja bersejarah.
Menurut Sejarawan dan Budayawan, Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia, Dato’ Akhmad Elvian, DPMP, GPIB MARANATHA dahulu bernama Kerkeraad Protestanche Gemeente te Pangkalpinang yang dibangun Tahun 1927.
GPIB Maranatha Pangkalpinang memiliki ciri khas yang unik dan menarik karena terdapat menara jam yang besar dan dapat dilihat pada posisi empat penjuru mata angin serta berfungsi untuk mengingatkan pentingnya waktu bagi masyarakat Pangkalpinang (sayangnya angka jam penunjuk waktu pada sisi sebelah Timur menara sudah dihilangkan karena pada sisi Timur menara dibangun tangga untuk mencapai bagian atas menara dan salib gereja).
''Orang Pangkalpinang sering menyebut GPIB Maranatha dengan sebutan Gereja Menara Jam. Mesin jam dengan sistem penggerak otomatis berada pada bagian tengah menara gereja diproduksi oleh NEDERLANDSCHE FABRIEK VAN TORENUURWERKEN B.E IJSBOUTS ASTEN dengan Nomor 3061 berangka tahun ANNO 1930,'' ujar Elvian.
Mesin jam walaupun sudah sangat tua berusia sekitar 93 tahun, tetapi masih berfungsi dengan baik menggerakkan jarum-jarum jam di puncak menara dan menggerakkan lonceng terbuat dari logam yang berdentang sekali setiap setengah jam dan berdentang tepat sesuai dengan jumlah saat waktu yang ditunjukkan pada jam.
''Sayang sekali Lonceng jam gereja terbuat dari logam tersebut tidak menjelaskan siapa pembuatnya hanya tertulis berangka Tahun 1928 Masehi,'' lanjutnya.
BACA JUGA:Ulama se-PGK Cek Pembangunan Masjid Kubah Timah, Molen: Dukungan Tuntaskan Pembangunan
Tugu Nol Kilometer