BABELPOS.ID.- Bangunan yang paling menonjol di kawasan Simpang 7 Pangkalpinang sekarang ini adalah RS DKT (Dinas Kesehatan Tentara). Itu sebabnya, sebelum nama Simpang 7, kawasan ini lebih dikenal denga sebutan kawasan Simpang DKT.
Adalah yang cukup menarik perhatian, RS DKT itu sendiri mempunyai histori yang luar biasa di masa perjuangan daerah ini. Karena RS DKT itu diambil oleh Pemerintah RI 21 hari setelah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk.
Seperti diketahui, TKR sendiri terbentuk 5 Oktober 1945 sehingga ditetapkan menjadi Hari Ulang Tahun (HUT) TNI. RS DKT diambil alih 26 Oktober 1945.
Jadi adalah wajar jika RS DKT Pangkalpinang itu begitu lekat sejarahnya dengan Kemerdekaan RI di awal-awal.
BACA JUGA:KAMPUNG KAMPUNG DI DISTRIK PANGKALPINANG (Bagian Satu)
Dimulai dari mundurnya Jepang --karena menyerah di Perang Dunia ke II--. Ini pula yang membuat Inggris untuk datang. Hal ini rupanya dimanfaatkan Belanda untuk kembali lagi ke Indonesia.
Sementara, 17 Agustus 1945 Kemerdekaan RI sudah di-Proklamirkan di Jakarta oleh Soekarno-Hatta atas Nama Bangsa Indonesia.
Karena dinilai tidak aman, pada 5 Oktiber 1945, Pemerintah Indonesia yang baru terbentuk itu membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Tujuannya untuk memperkuat pertahanan negara.
Berdirinya RS DKT
Sejarahwan dan Budayawan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Dato’ Akhmad Elvian, DPMP, ECH menyatakan, berdirinya RS DKT tidak bisa lepas dari sejarah panjang kondisi khususnya Pulau Bangka saat itu.
Rumah sakit di Pulau Bangka pada awalnya didirikan untuk merawat orang korban perang. Pada saat perlawanan rakyat Bangka dipimpin oleh Depati Amir, seorang petinggi militer Belanda W.A. van Rees, dalam bukunya: Wachia, Taykong en Amir, Rotterdam: H.Nijgh,1859, menyatakan:
“Pasukan-pasukan yang didatangkan itu berturut-turut kembali ke Jawa. Mereka tidak dapat berbangga pada perwira-perwira perang yang gemilang, pada kemenangan yang diperoleh dalam asap mesiu dan genangan darah; mereka hanya menunjuk pada wajah-wajah mereka yang lesu, tak sehat pada anggota-anggota badan mereka yang kurus, pada tempat-tempat yang kosong dalam barisan mereka dan pada Rumah Sakit Mentok yang penuh”.
BACA JUGA:KAMPUNG KAMPUNG DI DISTRIK PANGKALPINANG (Bagian Dua)
Akibat dari peperangan tidak saja menimpa pasukan militer Belanda dan pasukan pejuang Bangka, akan tetapi juga berdampak buruk pada penduduk. Derita Penduduk Pulau Bangka setelah berkecamuknya perang, sangat mengkhawatirkan. Di samping kekurangan bahan pangan, garam dan obat-obatan, berbagai macam penyakit seperti demam, disentri dan cacar air serta kolera melanda penduduk.
Untuk mengatasi berbagai macam penyakit tersebut, berdasarkan Algemeen Verslag Der Residentie Banka Over Het Jaar 1851, Bundel Bangka No. 42, dilakukan pengobatan dan vaksinasi dengan baik oleh seorang petugas vaksin pribumi yang sejauh ini ditempatkan di ibukota. Dalam laporan residen Bangka, Tanggal 10 Januari 1852 Nomor 131, dokter sipil diminta untuk menyebarkan cara kerja ini ke daerah sekitarnya.