El Nino, 'Buaya ke Darat' Mengancam!

Selasa 26-09-2023,22:10 WIB
Reporter : Admin
Editor : Admin

Terakhir, juga di Bulan Juni 2023.  Ini adalah kisah tragis teranyar.  Rosmina (49) warga Desa Sebagin Kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Bangka Selatan (Basel), Jumat (23/6) pagi tewas secara tragis akibat diterkam buaya.  Kades Sebagin, Darno, menyatakan sudah hampir tiap tahun ada warga yang menjadi korban keganasan buaya di lokasi yang sama.

BACA JUGA:Diterkam Buaya, Melawan dan Selamat, Tapi Korban Luka Parah Hingga Cacat

Mistis dan Pantangan

Secara umum, warga di Bangka Belitung yang akan beraktifitas di sungai, kolong atau penambangan timah yang ada bekas kolong (seperti danau bekas penambangan timah.red)  tahu bahwa ancaman terbesar adalah munculnya buaya.  Kadang, warga juga menyadari di lolong tersebut memang ada sang predator.  Namun tetap nekad berani beraktifitas, dengan perhitungan asal tidak 'saling ganggu' dan tidak melanggar 'pantangan' yang sudah dpercayai turun temurun.

Ada yang umum diyakini, adalah saat beraktifitas di kolong atau tempat-tempat yang ada buayanya, jangan memawa binatang unggas, seperti ayam, bebek, atau itik.  

BACA JUGA:Berjibaku Mengambil Mayat di Mulut Buaya. Mengapa Dia Memangsa Manusia?

Terlepas dari pandangan mistisnya, binatang unggas akan cenderung berisik atau heboh apalagi ketika melihat ada buaya.  Sementara, unggas adalah termasuk makanan favorit sang predator karena dapat 'sekali santap' tanpa perlu 'disembunyikan' dulu.

Di sisi lain, sebelum berangkat beraktifitas, haruslah dalam kondisi fit, perut yang kenyang, dan kondisi fresh.  Makanya, warga yang akan berangkat beraktifitas jangan sekali-kali menolak makanan atau tidak makan sebelum beraktifitas.

Jika menolak makanan sebelum beraktifitas, akan 'kepunan'.  Beberapa makanan favorit ketika pagi hari, seperti kopi, nasi, bubur, dan lain-lain sebaiknya disantap sebelum berangkat, sehingga fokus kerja terjaga, kondisi juga fresh dan fit.

Jaga habitat Sang Predator

'Jangan saling ganggu', antara manusia  dan buaya.

Warga yang aktifitasnya berdekatan atau justru di habitat sang predator harus memahami ini.

Hellen Kurniati, Peneliti utama Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesa (LIPI) seperti dikutip dari nationalgeographic.grid.id, mengatakan bahwa penyebab buaya menyerang manusia adalah karena buaya kehilangan pakan alaminya.

BACA JUGA:Buaya Jadi Ancaman Warga Bangka Belitung Sepanjang Masa

Merujuk pernyataan ahli itu, berarti ancaman terkaman buaya bisa terus mengancam karena keberadaan kolong-kolong bekas tambang bukanlah tempat penangkaran buaya sehingga tidak akan ada warga atau pun sumber pakan alaminya di sana.

Di sisi lain, dampak kemarau seperti sekarang ini selain membuat bertambah gerah juga terjadi penyusutan di kolong-kolong tersebut.

Kategori :