Cak Imin yang memang sudah siap 'diacak-acak' pasca memutuskan menjadi Bacawapres untuk kubu 'seberang' ini tampil apa adanya, Tapi justru orag-orang di luar --bahkan di luar PKB-- yang mempertanyakan perilaku 'KPK'.
Sekaligus ini menjadi isyarat, KPK jangan sampai menjadi alat politik, jangan berpolitik, dan jangan ada pesanan politik.
Faktanya, KPK bisa saja menyatakan tidak ada urusan dengan politik, tidak terpengaruh politik, dan tidak terkait politik. Tapi, perilaku dan keputusan KPK itu apakah sejalan dengan pernyataan itu?
Bandingkan antara kata dan perbuatan.
Ini sangat disayangkan, karena peristiwa pemanggilan Cak Imin ini membuat penilaian dan kepercayaan publik ke KPK bisa merosot. Jika kondisi seperti ini terus dipertahankan, bukan tidak mungkin publik akhirnya tak percaya lagi dengan KPK. Sementara di sisi lain posisi Kejaksaan khususnya Kejagung sekarang ini kian elok.
Lambat laun bukan tidak mungkin jika performa Kejagung dan jajaran terus membaik, KPK dinilai tak dibutuhkan lagi.
***
BACA JUGA:Kalkulasi Pilpres
TIDAK itu saja. Cak Imin juga tampaknya sudah siap diacak-acak soal ke-NU-an. Himbauan Ketua Umum PBNU agar anggota dan pengurus tak terlibat poltik praktis secara organisasi, tentu semua paham maknanya. Hanya saja, bahasa Ketua Umum PBNU itu adalah bahasa lama, dan memang begitulah NU dari dulu.
Berikutnya, mencuat pula soal Cak Imin dituding melakukan kudeta dan merebut PKB dari Gus Dur. Ini masih lagu lama juga.
Entah apalagi dan dari sisi mana lagi Cak Imin akan diacak-acak, kita tunggu. Semoga yang berikutnya 'lagu baru', kalau masih lagu lama bikin capek saja dan tak laku.***