BENTENG PENUTUK DI PULAU LEPAR (Bagian Sepuluh)

Senin 28-08-2023,20:34 WIB
Reporter : Admin
Editor : Admin

Oleh: Dato’ Akhmad Elvian, DPMP

Sejarawan dan Budayawan

Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia

 

SCHETS Taalkaart van de Residentie Bangka menjadi menarik karena K.F. Holle adalah seorang Belanda yang telah melakukan survei terhadap 224 bahasa di seluruh Indonesia selama 40 tahun.

-------------

DAN K.F. Holle juga menggambarkan dengan rinci persebaran Enam dialek bahasa di Keresidenan Bangka, yaitu Bangka Maleisch dialecten (dialek Melayu Bangka), Daratsche dialecten (dialek Orang Darat), Maporeesch dialecten (dialek Mapor), Chineesch dialecten (dialek Cina), Rijau-Lingga dialecten (dialek Riau-Lingga), dan Sekaahsch dialecten (dialek Sekak). Dalam peta bahasa tersebut digambarkan bahwa pada pulau Lepar dan pulau Liat atau Leat digambarkan dengan warna Abu abu yang dalam legenda peta dinyatakan bahwa pada wilayah tersebut berkembang Sekaahsch dialecten (dialek Sekak) dan Daratsche dialecten (dialek Orang Darat). Di samping di pulau Lepar dan pulau Liat/Leat, penyebaran dialek Sekak (Sekaahsch dialecten) juga berkembang di Onderdistricten Pandji Sekak di 

BACA JUGA:BENTENG PENUTUK DI PULAU LEPAR (Bagian Sembilan)

Districten Belinjoe. Menelisik wilayah tempat tinggal masyarakat Kepulauan Lepar yang ada di daratan pulau pulau dan ada yang tinggal di perahu (Perau lipat kajang atau Perau gobang) pada wilayah laut, dapat disimpulkan, bahwa salah satu dialek bahasa yang berkembang di Keresidenan Bangka adalah didasarkan pada dialek regional karena penuturnya tinggal di tempat atau wilayah tertentu seperti orang Darat dengan dialek Daratnya dan orang Laut dengan dialek laut atau dialek Sekak. 

BACA JUGA: BENTENG PENUTUK DI PULAU LEPAR (Bagian Delapan)

Dalam penelitian Prof. Dr. Akifumi Iwabuchi, Januari, Tahun 2013, saat itu masih tersisa sekitar 18 kepala keluarga orang Sekak di kelompok Lepar dan kampung Pongok di pulau Leat dengan populasi sekitar 68 orang yang tinggal di Kumbung (pulau Lepar) dan di Pongok (pulau Liat) (Iwabuchi, 2013:3,4). Lokasi situs yang kerap digunakan oleh orang Sekak kelompok Lepar dan kampung Pongok di pulau Leat melakukan tradisi Muang Patung atau Buang Jung yaitu di kampung Kumbung pulau Lepar. Dari laporan akhir Penelitian Antropologi Kelautan di pulau Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung oleh Prof. Dr. Akifumi Iwabuchi, Januari, Tahun 2013, untuk jumlah penutur bahasa Sekak masih tersisa sekitar 200 orang dari 860 orang Sekak yang tersebar di kelompok Teluk Kelabat, kelompok pulau Semujur, kelompok Lepar Pongok, kelompok Tanjung Pandan dan kelompok Gantung Manggar.

BACA JUGA:BENTENG PENUTUK DI PULAU LEPAR (Bagian Tujuh)

Populasi penutur yang kecil dari dialek Sekak (Sekaahsch dialecten) membuat bahasa ini sangat rentan terhadap proses perubahan bahasa yang tidak sehat dan membahayakan eksistensi bahasa Sekak (Sekaahsch dialecten). Crystal (2000:20) berpendapat, bahwa bahasa yang berpenutur sekurang-kurangnya 1000 orang dapat dikategorikan sebagai bahasa yang masih memiliki daya hidup (viable but small) dan masih mungkin untuk direvitalisasi. Namun harus ada kemauan untuk menyelamatkan bahasa-bahasa itu mengingat daya saingnya sangat lemah, sehingga sulit untuk bersaing dengan bahasa-bahasa yang dominan.

BACA JUGA: BENTENG PENUTUK DI PULAU LEPAR (Bagian Enam)

Di samping Selat Lepar, pada wilayah Kepulauan Lepar terdapat selat yang terkenal dalam dunia pelayaran yaitu Selat Gaspar atau Selat Gelasa. Selat ini, terbentuk diantara pulau besar Banca (Bangka) dan pulau Billiton (Belitong) terletak di lepas Pantai Timur pulau Sumatera. Selat Gaspar atau Gelasa merupakan titik kritis untuk navigasi pelayaran dalam rute perjalanan ke Laut Jawa dan ke Selat Sunda. Selat Gaspar terutama merupakan bagian berbahaya di rute pengiriman/pelayaran utama dari Singapura ke Selat Sunda (yang membentang antara Jawa dan Sumatera), yang menandai pintu masuk ke Samudera Hindia. Jauh sebelum bernama Gaspar Straits, selat ini oleh Orang Laut Pribumi Bangka dinamakan dengan Selat Gelasa. Dinamakan Selat Gaspar dalam navigasi pelayaran dunia, setelah seorang Kapten Laut Spanyol bernama Gaspar yang melintasi selat/saluran pada Tahun 1724 Masehi, dalam perjalanan dari Manila Filipina menuju ke Spanyol. Dalam Direktori Laut Cina, Departemen Hidrografi Britania Raya, vol. 1 (Tahun 1878 Masehi), selat ini dianggap sangat berbahaya: banyak kapal-kapal bagus telah hilang di Selat Gaspar, tidak sedikit di terumbu karang Alceste atau Alceste Rock, karena salah memperkirakan jarak mereka dari daratan; tetapi sebagian contoh dari penyebab yang mungkin telah dijaga oleh pelaksanaan karena kurang kehati-hatian dan keliru dalam penilaian. 

Kategori :