BABELPOS.ID.- Alasan manusia memakan makanan tertetu, tentu beragam. Termasuk soal citarasa.
Makanan-makanan ekstrim, seperti memakan tikus, cacing, belalang, ular, serta hewan-hewan menjijikkan lainnya, kadang bukan karena didorong oleh rasa lapar dan terdesak, tapi soal cita rasa.
Mereka yang senang makan tikus, atau cacing misalnya, karena menurut mereka kedua jenis makanan itu ternyata bercita rasa enak dan sedap.
Lalu, bagaimana dengan manusia yang justru senang makan daging manusia?
BACA JUGA:Hidangan 'Ngeri-Ngeri Sedap', Tikus Panggang Hingga Goreng?
Dalam sejarahnya, banyak bangsa-bangsa di dunia ini yang dulunya dikenal kanibal atau pemakan sesama.
Namun secara berangsur-angsur kebiasaan yang mengerikan itu berkurang, seiring dengan banyaknya pelajaran agama atau pandangan hidup yang masuk ke kelompok manusia kanibal itu.
Sebuah studi terbaru menyatakan bahwa nenek moyang manusia menjadi kanibal dan saling memakan satu sama lain karena itu dianggap “lebih efektif” dibanding menangkap hewan.
Cara Bertahan Efektif?
Temuan para ahli mengungkapkan bahwa kanibalisme merupakan teknik bertahan hidup yang baik bagi para pendahulu Homo sapiens tersebut karena mereka menghabiskan waktu dan energi yang lebih sedikit untuk menangkap manusia, daripada harus mencari hewan yang bergerak lebih cepat.
Jika pada hewan, kanibalisme tentu biasa. Seperti kecebong dari spesies kodok yang memakan sesamanya demi bisa cepat menjadi kodok. Ada juga belalang sembah jantan yang setelah kawin memberikan tubuhnya pada betina untuk dimakan.
Namun tentu tabu untuk manusia.
BACA JUGA:Hidangan dari Cacing. Nikmat dan Berkelas? Berani Coba?
Jared Piazza dan Neil McLatchie, ahli psikologi sosial dari Lancaster University, menyatakan manusia sangat anti kanibalisme.
Bagaimana jika terpaksa? Mialnya ada kisah Kecelakaan pesawat di pegunungan Andes pada 1972. Mereka yang selamat menunggu sampai kelaparan sebelum akhirnya terpaksa memakan jasad korban lain yang telah meninggal?