PERDEBATAN soal rumput lapangan sepak bola di kampung Bujang PeDe ternyata bukannya mereda, tapi malah makin panas. Pasalnya, ada pihak-pihak yang merasa keberatan jika soal rumput di lapangan bola itu menjadi komoditas politik Pemilihan Ketua RT (Pilkarete).
''Berarti kan tuduhan itu mnengarah ke kita,'' ujar Bujang ke Ipank dan Odoy dua sohib yang menjadi tim suksesnya.
''Sebenarnya bukan menjadi komoditas politik. Tapi para pemuda itu menyalurkan aspirasi mereka ke kita, dengan syarat kalau terpilih, lapangan bola itu kita urus bener-bener sampai memenuhi standar dan bisa digunakan,'' ujar Ipank.
''Masalahnya, yang diributkan ini, soal yang mengurusi atau soal akar rumputnya? Ini dulu,'' Odoy buka suara.
''Lha, dua-duanya lah. Siapa yang mengurusui nanti, maka urus juga tuh rumput sampai ke akar-akarnya,'' ujar Bujang.
Di tengah mereka berdikusi soal rumput, Udin kecil masuk ke posko.
''Nah, kacau,'' celetuk Bujang melihat anak nakal itu datang sambil cengengesan.
''Yah, memang makin kacau, Om Bujang. Tadi aku dengar orang-orang Pak Gentung menuduh Om Bujang dan kawan-kawan lah yang sengaja menanam akar ilalang di lapangan itu sampai tumbuh subur kayak sekarang. Yang lebih nggak enak lagi, Om Bujang juga yang dituduh mereka sengaja melakukan pembiaran ke warga yang punya kambing dan sapi untuk dilepas di lapangan itu,'' ujar Udin seolah sepakat dengan Bujang.
''Nah, ini?'' Bujang langsung naik pitam.
''Bujang, ini Udin lho yang cerita,'' ujar Ipank seolah menyadarkan sohibnya itu.
''Api terus yang kau bawa Udin,'' ujar Odoy menimpali.
''Bukan begitu Om Odoy. Tapi kan Udin jadi nggak enak kayak Udin ini menjadi biang kerok yang membuat lapangan itu menjadi tidak standar lapangan bola,'' tukas Udin membela diri seraya pergi karena merasa jebakannya tak mengena.
Dasar otak Udin, dari sana ia malah ke Posko Gentung lagi.
''Pak Gentung, nggak banyak yang udin mau ceritakan. Barusan Udin nanya ke Om Bujang soal lapangan bola yang kayak kubangan kerbau itu. Om Bujang jawab memang sengaja, karena kalau nanti dia terpilih, mau dirubah jadi kolam renang. Permizi...?'' ujar Udin ngeloyor pergi.
Orang-orang hanya melongo.***