Pemerintah kerajaan Inggris ketika berkuasa di pulau Bangka memiliki pasukan atau armada laut yang kuat dengan memanfaatkan orang-orang lokal, seperti Demang Minyak. Pada saat penyerangan ke pulau Belitung kepala pasukan laut (kruis) Inggris, Demang Minyak sudah tewas, dan kemudian jabatannya digantikan oleh Raja Akil atau Tengku Akil dari kerajaan Siak. Terkait peristiwa sejarah pengangkatan Raja Akil dan peristiwa Abercromby yang menyulut atau menjadi sebab khusus perang antara Inggris melawan rakyat Belitung yang dipimpin oleh Depati Belitung K.A Mohammad Hatam diceritakan dalam Carita Bangka Het Verhaal Van Bangka Tekstuitga Ve Met Introducttie en Addenda, VakgroepTalen en Culture van Zuidoost-Azie en Oceanie Rijksuniversiteit te Leiden, 1990, bahwa “Maka itu tempoh Demang Minyak kepala kruis sudah mati dan tiadalah kruis yang jaga baik lagi. Kemudian ada raja Siak yang tinggal di Lingga sudah dengar orang Inggris sudah pegang Bangka dan Palembang. Maka itu raja-raja Siak datang di Mentok dengan sebab pertolongan kepala di Mentok itu, raja-raja Siak sudah masuk jadi kruis Inggris jaga tanah Bangka dan Belitung. Maka kepalanya nama raja Akil. Maka di dalam itu tempoh di tanah Bangka lain-lain tempat sudah semuanya turut melainkan Kota Beringin, Bangka-Kota, Toboalih, Lepar dan Belitung belum begitu sungguh hati turut Inggris sebab di tempat yang tersebut banyak kepala-kepala dan raja-raja Palembang ada di situ. Maka tiada berapa lama lantas ada Satu kapal Inggris petjah dekat pulau Belitung. Maka didapat oleh bajak itu kapitan sama setirman lantas dibunuh oleh bajak dan matrosnya dijual di pulau Belitung. Itu perkara mayur Kut sudah dapat tahu sudah suruh minta itu orang-orang yang terjual di Belitung. Dipati Belitung tidak berhindahkan itu permintaan; sebab itu mayur Kut sudah suruh pukul itu Belitung dengan beberapa kruis raja Akil, lantas dipukul dan Dipati Belitung sudah dibunuh serta dipotong lehernya melainkan dia punya anak sama lain-lain dia punya sanak-sanak sudah lari dengan sebab pertolongan raden Keling dan raden Ali tempoh ada di Belitung. Abis itu raja Akil kembali di Mentok bawa separuh mana yang dapat itu matros kapal yang tersebut” (Wieringa, 1990:121,122).***