MERASA Wak Ijah sudah tak sayang lagi padanya, membuat Bujang PeDe mendadak jadi seperti orang linglung.
"Gimana aku gak sedih coba, setiap saat ada saja alasan Emak marah padaku. Jangan-jangan memang Emak sudah tak sayang lagi padaku,'' ujar Bujang ke kedua sohibnya, Odoy dan Ipank.
''Sudahlah Bujang, soal Emak, jangan pula kau ambil hati. Jangankan engkau, aku dan Odoy saja yang bukan anaknya selalu ada saja alasan Emak ngomel. Toh kami cuek-cuek aja,'' ujar Ipank.
''Tapi, tidak ada salahnya, sekali-kali kita protes ke Emak,'' ujar Odoy membela Bujang.
''Apa kau berani?'' ujar Ipank.
''Yah, sekali-kali perlu juga uji nyali,'' ujar Odoy.
''Wah, ini menarik. Strateginya gimana?'' ujar Bujang PeDe sepakat.
''Gini aja, Bujang kau pura-pura linglung, penglihatan kabur, dan pendengaran berkurang. Nanti kalau Emak ngomel, biar aku atau Ipank yang ngomong Bujang jadi Pekak, Mak. Gara-gara diomel terus sama Emak,'' ujar Odoy.
Nah, sepakat lah Trio Bengal itu. Ketiganya bergegas pulang ke rumah Bujang PeDe. Terlihat Emak duduk di teras lagi nyantai main HP android kesayangannya.
''Hem, dari mana kalian,'' ujar Emak tanpa menoleh.
''Dari ngantar Bujang ke dokter Mak,'' ujar Ipank pasang jerat ala Trio Bengal.
''Sakit apa pula rupanya?'' ujar Emak dengan tanpa menoleh.
"Entahlah Mak. Bujang nih dari pagi seperti linglung, mata kabur dan pekak. Kami ngomong berulang-ulang, tak didengarnya, Mak,'' imbuh Ipank.
''Kenapa kau Bujang?'' tanya Emak ke anak tunggalnya itu.
Bujang pura-pura tak mendengar. Maklum, sesuai kesepakatan, Bujang Mendadak Pekak.