MIMPI apa aku semalam? Mengapa pula aku bertemu para begundal kampung ini?
Bisa jadi, hari itu merupakan hari paling sial dalam hidup yang dirasakan Maysaroh. Bagaimana tidak, saat ia mampir ke Warkop Mang Gareng untuk beli kopi pesanan sang Bapak, tiba-tiba di pintu masuk ia kepergok Trio Bergundal, Bujang PeDe, Ipang, dan Odoy.
''Enak bener rasanya, makan keju bersama kopi kayak gini, May?'' ujar Bujang PeDe dengan tetap Percaya Diri.
''Keju apa-an, singkong, kok?'' Maysaroh nyeletuk melihat singkong rebus yang menemani makanan Trio Begundal itu.
''Oh, singkong, Ya?'' Bujang pura-pura kaget.
''Maaf May, mungkin ini yang namanya cinta, makan singkong sambil lihat kamu jadi serasa keju.''
Kontan seisi Warkop heboh mendengar rayuan Bujang PeDe yang di luar dugaan. Maysaroh yang merasa terjebak dalam permainan kata-kata Bujang, menyesal sedalam-dalamnya terlanjur mengomentari makanan Trio Begundal itu.
Dengan muka merah, Maysaroh menunggu pesanan. Dia memilih diam, bungkam seribu bahasa. Bujang PeDe masih juga iseng.
''Jangan ngambek, May. Aku rela mengantarmu pulang, kok,'' ujar Bujang PeDe lagi.
''Kamu antar, aku lari!'' ketus Maysaroh lagi.
''Jangan takut May. Aku sanggup berlari sampai dimana pun, asalkan di finisnya ada kamu!''
Lagi-lagi Maysaroh merasa dijahilin. Pengunjung Wakop pun senyum-senyum.
"Maaf, May. Kok sandal jepitnya lain sebelah?''
Kontan Maysaroh melihat ke sandalnya, dan ternyata sama. Maysaroh memilih diam, takut digombalin Bujang PeDe lagi.
"Diam berarti mengakui memang beda, satu kiri satu kanan. yang penting tetap dua May. Yakinlah takkan ada orang ketiga.,...''