BABELPOS.ID, TANJUNGPANDAN - Guna memperkuat kompetensi guru di Sekolah Luar Biasa (SLB), Penjabat (Pj) Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kepulauan Bangka Belitung (Kep. Babel) Sri Utami mengadakan sekaligus memberikan materi pada Seminar Penguatan Kompetensi Guru SLB dan Sekolah Inklusi dalam Rangka Deteksi Dini Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Autisme di Prov. Kep. Babel, yang berlokasi di SLBN Tanjungpandan Belitung, pada Jumat (27/1/2023).
Dalam kesempatan itu, Sri Utami menjelaskan materi tentang 'Deteksi Dini Autisme, Karakteristik, dan Penanganannya'. Diawali dengan menginformasikan pengertian autisme, ciri-ciri, karakteristik, penyebab, dan cara penanganannya.
Ia beralasan mengangkat hal mengenai autisme dikarenakan kasus ini terus meningkat di seluruh dunia termasuk Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah stunting.
"Kalau banyak yang stunting, kemungkinan nanti bisa jadi ABK. Soalnya kalau tidak ditangani, anak stunting bisa menjadi tuna grahita. Jadi tidak mengherankan jika prevelensi autisme meningkat," ujarnya.
Selanjutnya, sesuai dengan tujuan diadakannya seminar ini, maka sekitar 60 orang guru SLB di Belitung dan Belitung Timur tersebut diajarkan langsung oleh terapis Pusat Layanan Autis (PLA) Kep. Babel yakni Ade Talia Oktafia dan Dini Andriyani.
Pertama, mereka mempelajari kegiatan untuk mendeteksi dini anak autis menggunakan instrumen M-Chat yang dapat dilakukan oleh guru-guru kemudian nantinya akan ditransfer dan diisi oleh orangtua peserta didik.
Kedua, Kegiatan untuk melatih kontak mata peserta didik. Ketiga, kemampuan mengikuti instruksi untuk mengingkatkan rentang konsentrasi anak, menggunakan media balok (balok 2D dan 3D) dan metode memori.
Pelatihan kompetensi untuk asesmen ini sangat diperlukan, mengingat ahli seperti psikolog, psikiater, dan sejenisnya masih terbatas di Pulau Belitung. Jadi, mau tidak mau, guru SLB-lah yang diharapkan dapat mengasesmen muridnya.
"Sebelum adanya PLA di Belitung, makanya ini diajari bagaimana asesmen, bagaimana buat profilnya, dan bagaimana buat programnya. Karena itu sangat penting, karena tiap anak pasti berbeda-beda cara penanganannya, nggak bisa disama-ratakan," pungkasnya.
Merespon kegiatan pada hari ini, Kepala SLBN Tanjungpandan Rhama Duniati sangat mendukung penuh pelatihan seperti ini. Hal ini karena menurutnya memang ilmu terkait autisme ini masih kurang.
"Saya berharap ilmu yang didapatkan hari ini dapat menjadi pegangan untuk guru-guru yang mengikuti, yang kemudian akan dipraktikkan kepada murid-muridnya," tutupnya.
Penulis: Intan Pitaloka
Foto: Natasya
Editor: Budi