"Tunggu kau, aku belum lupa kisah dulu," batin H. Dulah.
Mengaji dimulai. Bergantian para bocah ke depan. Ada yang ke H. Dulah, dan ada yang ke Aisyah. Bujang sengaja menghitung, agar gilirannya dapat ke Aisyah, bukan ke H. Dulah.
Ia bahkan menggeser tempatnya. Memaksa bocah 7 tahun di sebelahnya untuk pindah tempat duduk. Bujang merasa menang, ia akan terhindar dari H. Dulah. Tinggal dia dan bocah 7 tahun itu yang belum menghadap untuk mengaji.
"Bujang ke sini," panggil H. Dulah.
Bujang kaget. Bukankah seharusnya bocah itu yang ke H. Dulah dan dia ke Aisyah.
"E.. anu Pak Haji, bocah angus ini saja dulu, saya terakhir saja," elak Bujang.
"Dia ke sana, kamu ke sini," tegas Pak Haji.
Bocah lainnya tertawa melihat wajah Bujang. Seakan mereka senang melihat penderitaan Bujang. Hanya saja mereka tidak mungkin bertepuk tangan di dalam masjid.
Bujang belum juga mau bergerak. "Ke sini," suara bas Pak Haji makin kuat. Mau tak mau Bujang pun menuju Pak Haji sambil melirik ke Aisyah.
Sebelum mengaji, kamu sudah hapal surat pendek beserta artinya yang saya minta dulu," kata Pak Haji.
Bujang tergagap. Ia tak menyangka, Pak Haji masih ingat peristiwa itu. "Be.. be.. belum Pak Haji," kata Bujang pelan.
"Apa? Surat Al Lahab yang lima ayat kamu belum hapal. Bahkan sudah berpuluh tahun kamu juga belum hapal?" kata Pak Haji dengan murka.
"Jadi surat apa yang kamu hapal," tanya Pak Haji tanpa menurunkan volume suaranya.
"Maaf, Pak Haji, saya cuma hapal tiga Qulhu..." ujar Bujang terbata-bata.
Mendengar jawaban Bujang, para bocah tak bisa menahan hasrat untuk tertawa. Begitu juga dengan Aisyah. Bujang tertunduk malu. Ia menyerah, tak mungkin bakal ada celah bagi dia untuk mendekati Aisyah.
Bujang... Bujang, modal 3 surat pendek mau mendapatkan yang 30 juz.