KOMISI untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menilai banyak kejanggalan dalam baku tembak ajudan Ferdy Sambo. Baku tembak antara Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat atau Brigadir J dengan Bharada E di kediaman Kadiv Propam Irjen Pol Ferdy Sambo.
“Terdapat beberapa kejanggalan yang sifatnya tak masuk akal,” ungkap Wakil Koordinator Badan Pekerja KontraS, Rivanlee Anandar seperti dikutip PojokSatu (Jawa Pos Group), Kamis (14/7).
BACA JUGA: Keterangan Saksi Kian Beratkan Terdakwa Dr Bastian
BACA JUGA: Duit CSR Boeing Buat Gaji 'Petinggi' ACT?
Kejanggalan pertama, adanya jarak waktu cukup lama antara peristiwa baku tembak dengan pengungkapan kepada publik yang dilakukan Mabes Polri.
BACA JUGA: Banyak Guru Pensiun, 57 Guru Honorer Direkrut Pemkab Bateng
BACA JUGA: Harga Cabai Tinggi, Petani Bateng Raup Untung Besar
Untuk diketahui, peristiwa baku tembak Brigadir J dengan Bharada E terjadi pada Jumat, 8 Juli 2022.
Sementara Mabes Polri baru ‘buka suara’ pada Senin, 11 Juli 2022. “Itu sekitar dua hari,” kata Rivanlee.
Kejanggalan kedua, yakni pengungkapan kepolisian yang berubah-ubah. Hal itu makin membesarkan keyakinan KontraS bahwa diduga kuat memang benar ada kejanggalan dalam kasus baku tembak tersebut.
Kejanggalan ketiga yang disampaikan Rivanlee adalah adanya luka sayatan pada jenazah Brigadir J. Luka sayatan itu terdapat pada bagian wajah Brigadir Nopryansyah pada bagian wajah.
Akan tetapi, pihak keluarga sempat dilarang melihat langsung kondisi jenazah ajudan yang kabarnya dua tahun mendampingi Ferdy Sambo itu. Kejanggalan ketiga adalah berkaitan dengan kamera CCTV.
“CCTV dalam kondisi mati pada saat peristiwa terjadi,” ujar Alumnus Universitas Padjajaran (Unpad) itu.
Itu masih ditambah dengan keterangan ketua RT setempat yang tak melihat sama sekali adanya olah TKP yang dilakukan polisi.
“Keterangan Ketua RT yang menyebutkan tidak mengetahui adanya peristiwa dan proses olah TKP,” sambung Rivanlee.
Kejanggalan keempat adalah ketidakjelasan keberadaan Ferdy Sambo saat kejadian. Karena KontraS menduga ada upaya pengaburan dan kasus kemarian Brigadir Nopryansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J ditutup-tutupi.
“Terlebih keberadaan Kadiv Propam (Ferdy Sambo) saat peristiwa terjadi pun tidak jelas,” papar Rivanlee.