PANGKALPINANG - Climate Resilient and Inclusive Cities (CRIC) merupakan proyek kemitraan Asia Tenggara, Asia Selatan dan Eropa yang didanai oleh Uni Eropa.
Implementasinya di Indonesia dikelola oleh Asosiasi Pemerintah Kota/Daerah se-Asia Pasifik (UCLG ASPAC) melalui kolaborasi dengan 10 kota percontohan di Indonesia yang telah berkomitmen untuk mengatasi perubahan iklim.
Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Andy Andriadoria mengatakan Kota Pangkalpinang menjadi salah satu Kota yang mendapat bagian ini.
CRIC bakal membantu pemerintah kota untuk meningkatkan kapasitasnya agar kota dapat memperbaiki tata kelola perubahan iklim, mewujudkan pembangunan yang inklusif serta menerapkan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Pertumbuhan penduduk dan kawasan kota yang tidak mempertimbangkan daya dukung lingkungan membuat Kota Pangkalpinang rentan terhadap ancaman banjir, terutama di tengah perubahan iklim.
Pemerintah kota telah berkomitmen untuk mengatasi persoalan banjir mulai dari hulu ke hilir, baik dengan perbaikan kawasan hulu yang menjadi daerah resapan air hingga menyiapkan masyarakat agar lebih tanggap bencana.
"CRIC membantu Pemerintah Kota untuk membangun ketahanan dan kesiapsiagaan kota dan warga menghadapi banjir melalui pengembangan sistem peringatan dini banjir, yang melibatkan pemerintah, perguruan tinggi, hingga masyarakat," jelasnya.
Proyek ini juga, guna meningkatkan ketahanan iklim untuk pembangunan inklusif. Membantu Kota di Indonesia dalam menghadapi mitigasi perubahan iklim.
Pemkot Pangkalpinang sudah kerjasama dengan Pemkot Pangkalpinang dari 2020 dimana PIC ada di Bappeda, tahun 2022 pindah ke DLH Kota Pangkalpinang.
"Pangkalpinang dipilih terkait membantu perubahan iklim tentang bencana banjir. Memberikan pelatihan ke Pemkot Pangkalpinang membentuk Pokja untuk adaptasi mitigasi perubahan iklim," jelasnya.
Outputnya kedepan pihaknya akan membuat rencana aksi perubahan iklim. Dokumen yang digunakan Pemkot bagaimana caranya menghadapi perubahan iklim ini.
Panduan yang akan dilakukan baik DLH, PUPR, Perkim, BPBD, Bappeda. Selain rencana aksi itu juga ada bantuan peringatan dini.
"Nanti diketahui dari pelatihan itu alat peringatan dini itu diberikan ke kita dipasang di daerah rentan banjir kemungkinan wilayah hilir.
Kita juga nanti mendapat pelatihan dan sosialisasi kepada masyarakat bagaimana peringatan itu bekerja.
Diharapkan dengan pelatihan ini membuat masyarakat lebih sigap untuk perubahan iklim itu sendiri," ungkapnya.