Mimpiku itu...

Senin 04-07-2022,08:25 WIB
Reporter : red
Editor : Babelpos

***

AKUPUN melihat ke arah lutut.  Dan dia hanya tersenyum simpul.  

''Maaf bos, bukan mau mengajari.  Setiap langkah ini memang harus ada aku yang mengatur. Selaku bagian yang berada dalam diri bos juga, aku tahu bahwa selaku otak, bos tentu sangat lelah dan sangat butuh bagian yang menentukan agar bos tak perlu bekerja terlalu berat. Dan selaku bagian yang menentukan langkah itu, aku siap bertanggung jawab,'' ujar lutut pasti.

Mendengar pernyataan lutut itu, aku menjadi lega. Ini pula yang menyebabkan aku demikian percaya dengan kekokohan lututku ini.  Dia tak peduli diejek, diprotes, bahkan dianulir sekalipun.   

Dia juga tak peduli atas ancaman asam urat, nyeri sendi, dan segala hal yang mungkin bawaan itu.  

***

TIBA-tiba dalam diam seusai mendengar jawaban dari sang lutut, aku keluar dari dalam tubuhku.  Mimpiku bak dunia maya mengajakku ke masa kecilku dulu.

Sikap ayahku yang meski petani kecil, namun keras dan tegas itu selalu kuingat.  Sekali perintah dijalankan salah, masih beruntung kalau cuma dampratan yang kuterima.  

Karena biasanya rotan belah tiga yang ada di atas pintu ruang tengah rumah turun gelanggang mencambukku.

''Mengapa ayah tak mencambukku kali ini?'' batinku.

''Karena ini bukan politik.   Jadi masih bisa dimaafkan,'' ujar ayahku.

''Lho, ayah mendengar suara hatiku?'' ujarku membatin.

''Dengar, karena aku bukan ayahmu, tapi batinmu...'' 

Sekali lagi aku bersyukur, ternyata dampratan masa lalu ayahku itu juga masih berada di alam mimpi. Dan itu juga ternyata batinku sendiri.

''Wahai batinku, apa sebenarnya yang ingin kamu sampaikan?'' ujarku penasaran.

''Makanya, otak jangan tarok di lutut!!''***

Kategori :

Terkait

Senin 16-10-2023,14:32 WIB

22 Tahun Babel Pos, Tiada Duanya

Minggu 06-08-2023,20:42 WIB

Gerung Kesandung

Senin 24-07-2023,04:00 WIB

Kalkulasi Pilpres