Balak Enam

Jumat 01-07-2022,12:00 WIB
Reporter : Atok Kulop
Editor : Babelpos

Oleh: Ahmadi Sofyan - Penulis Buku /Pemerhati Sosial Budaya --

TIGA jenis orang yang harus dihindari untuk dijadikan lawan, yaitu: (1) Orang sedang berkuasa (2) Orang kaya raya (3) Orang gila. Terlebih lagi ketiga jenis itu menyatu kepada diri seseorang, sudah kaya raya, berkuasa pula tapi berperilaku gila.

SUDAH 1 Minggu saya berada di Jawa Timur, mudik ke kediaman orangtua di Blitar dan kembali nostalgia ke kawan-kawan masa sekolah (SMA) di Kertosono dan kuliah di Kota Malang. Mudik kali ini lumayan nekad, menggunakan mobil dari Pangkalpinang-Blitar (PP). nekad selain tak banyak modal, kondisi kendaraan juga sebetulnya tak layak dibawa jalan jauh. Nekad inilah yang sangat memungkinkan bagi kita untuk susah dijalan alias balak enam. Bagaimana tidak, di Tol Cikampek kendaraan sempat mati mendadak, berhenti sesaat dan Alhamdulillah sopir yang saya bawa cukup “liget” dan mampu mengurusnya hingga tengah malam sampai ke kediaman orangtua di Blitar.

Paginya mobil langsung dibawa ke bengkel di Blitar. Namun kala dibawa ke Malang, kembali berulah dan kembali pula ke Bengkel di Malang. Dalam hati saya berpikir, ini namanya “Balak Enam”. Bagaimana pulang nanti? Sambil bercanda, saya bilang sama sopir “jual aja disini mobilnya”. Tapi sopir merasa masih sayang mobil tersebut dijual. Dalam hati saya berpikir “Balak Enam kalau ternyata nanti ada masalah lagi dijalan”.  

****

DALAM permainan gaple, mendapatkan “balak enam” (double enam) adalah hal yang sangat mengkhawatirkan bagi sebagian pemain. Karena selain menjadi target dimatikan lawan, balak enam adalah angka tertinggi yang bisa menambah besar skor lawan jika terpegang oleh kita. 

Balak yang berasal dari bala (bencana) mengartikan bahwa berbagai persoalan di negeri ini sudah pada stadium tinggi atau bencana. Oleh karenanya kerapkali kita mendengar celotehan sosial masyarakat dalam mengomentari berbagai persoalan di negeri ini dengan kalimat sudah pada posisi “balak enam”. Ekonomi yang kacau balau sedangkan pemerintah seperti tidak tahu mau berbuat apa. Politik yang kian menggelitik, karena partai dan Wakil Rakyat sibuk mengurus persoalan politik kekuasaan yang kian jauh dari kepentingan rakyat. Bahkan beli BBM dengan aturan yang lumayan menyusahkan. Nggak selesai itu, beli minyak goreng pun katanya pun ada aturannya. Wow banget kan? 

Persoalan negeri ini nampaknya kian komplit bagaikan merek jamu. Ditambah lagi demokrasi yang kebablasan membuat banyak para pengambil keputusan dan pemegang kekuasaan yang tak tahu diri kecuali hanya sekedar mengandalkan ambisi demi mencari kehormatan diri yang ia sangka dengan jabatan tinggi, kemuliaan diri didapatkan. Ini yang dimaksud dalam kategori “balak enam” dalam filosofi permainan rakyat yakni gaple.

Dalam kondisi menghadapi persoalan hidup, ada makna yang harus kita petik selain berusaha tanpa henti dan tawakal kepada sang Pencipta hidup. Mengeluh bukan jalan keluar, tapi berusaha dan tak lupa rajin introspeksi diri agar menjadi manusia tahu diri sehingga bisa membawa diri adalah hal yang harus dilakukan, terlebih lagi para pemegang kekuasaan agar tidak semena-mena terhadap kekuasaan yang diemban.  

Imam Ghazali membagi manusia menjadi 4 jenis, yaitu: (1) Laa yadri wa yadri annahu laa yadri (orang yang tidak tahu dan ia tahu bahwa dirinya tidak tahu. Inilah tipe manusia jahil basith, yakni manusia yang bodoh yang tahu diri. (2) Yadri wa laa yadri annahu yadri (orang yang tahu, tetapi ia tidak tahu bahwa dirinya tahu. Inilah tipe manusia “tidur” yang harus dibangunkan dan diberi motivasi untuk segera bangkit. 

(3) Yadri wa yadri annahu yadri (orang yang tahu dan ia tahu bahwa dirinya tahu. Orang jenis ini masuk kategori orang bijak (al-hukama). Inilah orang yang harus diikuti dan menjadi pelita kehidupan. Membagi cahaya peradaban dengan ilmu dan pengalamannya. Para professional yang memberi keteladanan dengan iman dan amal prestasi. (4) Laa yadri wa laa yadri annahu laa yadri (orang yang tidak tahu dan ia sendiri tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu). Inilah tipe manusia masuk dalam kategori “gegar intelektual”, kebodohan pangkat dua (jahil muraqab), manusia sok tahu, banga dengan dirinya sendiri (ujub) dan enggan untuk diberi tahu karena merasa lebih tahu.

Nah, masuk dalam golongan manakah diri kita? 

****

Ayat Al-Qur’an pertama kali turun berbunyi “Iqra’”. Menurut pemahaman saya yang masih sangat minimalis soal agama, pasti ada pelajaran besar mengapa Allah SWT menurunkan ayat pertama yang berbunyi “Iqra’” yang berarti “Bacalah!”. 

Menurut saya, kalimat Iqra’ (Bacalah!) adalah penunjukkan jalan pertama bagi manusia untuk menjadi manusia mencapai kesuksesan dunia akhirat. Dari pemahaman kecil tentang Iqra’ ini, seringkali saya sampaikan saat “dipaksa” memberikan motivasi di sekolah-sekolah maupun di kampus bahwa setidaknya ada 3 hal yang harus dibaca dalam hidup ini untuk memulai hidup. (1) Baca Diri (2) Baca Lingkungan (3) Baca Kitab/Buku.

Kategori :

Terkait

Kamis 12-10-2023,20:57 WIB

Istana & Senayan

Jumat 14-07-2023,01:00 WIB

Keruas

Jumat 23-06-2023,01:00 WIB

Anak Gadis dan Anak Ayam