'WAHAI...'' Para pemimpin, tolong pikirkan ini... Yang tidak merasa pemimpin, 'TIDAK WAHAI'...
Oleh: Syahril Sahidir - CEO Babel Pos Grup --
-- KOALISI dan segala tetek bengek politik serta Capres/Cawapres itu untuk kepentingan 2024 yang masih 2 tahun lagi. Masih sangat lama. Tapi urusan harga sawit., minyak goreng, bawang, telur, cabe rawit, cabe keriting, beras juga segala tetek bengeknya itu, untuk urusan perut rakyat besok pagi?--
Siapa yang memikirkan... Berhentilah cuma dibahas, tapi tak pernah merubah keadaan...
***
PADA suatu hari, penulis bertemu dengan pedagang sayur mayur serta kebutuhan pokok di salah satu pasar Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel). Iseng penulis tanyakan harga cabe rawit.
''Mahal Pak. Rp. 160 ribu,'' keluhnya. ''Yang biasa beli kiloan, kini beli pakai ons. Yang beli telur pakai karpet, kini butiran. Cabe keriting aja mahalnya minta ampun Pak. Apalagi yang sudah direbonding,'' humornya dengan nada getir.
''Terus minyak goreng, bagaimana Pak? Sudah turun belum?''
''Belum la Pak. Harga-harga mahal ini kan bakal lama. Ada yang bilang harga-harga ini akan turun tahun 2024, Pak,'' ujarnya lugu.
''Loh, memang kenapa?''
''Sekarang kan semua lagi sibuk mikir koalisi dan segala macamnya itu, lo Pak. Itu kan untuk kepentingan mereka tahun 2024. Nah, kalau sudah urusan koalisi dan segala macamnya itu kelar, baru mereka mikir harga-harga ini. Kan untuk tahun 2024 juga,'' ujar pedagang lainnya membuat analisa politik secara sederhana sesuai dengan kepentingan dan nalar mereka.
''Tapi harga sawit anjlok tajam, lo. Sementara harga cabe rawit melesat. Apa itu ada hubungan juga dengan itu semua?'' pancing penulis.
''Nah, di sinilah seharusnya koalisi itu dibuat juga Pak. Yang satu anjlok, yang satu naik tajam. Buatlah koalisi sawit dan cabe rawit, misalnya. Biar seimbang, harga sawit naikkan, harga cabe rawit turunkan. Biar yang jual buah sawit jadi mampu beli cabe rawit,'' ujar yang lain sembari terpingkal.
***
SEKALI lagi, masihkah negeri ini disebut negara agraris? Ketika beras sudah import, dan harga minyak goreng tak kunjung turun meski menteri sudah diganti.