MOMENTUM TAHUN BARU ISLAM 1 MUHARAM 1447 H

MOMENTUM TAHUN BARU ISLAM 1 MUHARAM 1447 H

Efendi Sugianto --Foto: ist

Awal muharam sebagai pijakan integritas dan kebermanfaatan diri.

Oleh: Dr. Efendi Sugianto, S.Pd.I.,S.E.,M.M.,C.HL.,C.MTr.                 

Dosen Ekonomi Syariah Universitas Pertiba Pangkalpinang

___________________________________________

Tahun Baru Islam, 1 Muharam 1447 Hijriyah, bukan sekadar pergantian kalender, melainkan momentum reflektif yang sarat makna spiritual dan sosial, awal bulan Muharam menjadi momen penting untuk mengevaluasi perjalanan hidup menakar kembali amal dan mengukuhkan niat untuk memperbaiki diri, dalam sejarah Islam bulan Muharam adalah bulan hijrah, simbol dari perjuangan dan transformasi diri menuju kondisi yang lebih baik, maka untuk memulai tahun baru dengan kesadaran spiritual adalah bentuk nyata dari hijrah batiniah, seorang hamba Allah diharapkan mampu merenungi peran dan tanggung jawabnya terhadap diri sendiri keluarga masyarakat dan Tuhannya, refleksi ini bukanlah rutinitas sesaat tapi titik awal menuju pembentukan pribadi yang berintegritas, momentum ini harus dimaknai sebagai ajakan untuk memperbaharui komitmen dalam menjalani kehidupan yang lebih bermakna.

Integritas pribadi menjadi fondasi utama dalam membangun karakter seorang muslim sejati, dalam dunia yang penuh distraksi dan tantangan moral, keteguhan pada prinsip kejujuran tanggung jawab dan ketulusan menjadi nilai yang mahal, maka awal bulan Muharam sepatutnya digunakan untuk memperkuat komitmen tersebut dengan menanamkan sikap konsisten antara ucapan niat dan tindakan. Pribadi yang berintegritas akan mampu menghadirkan keteladanan baik di lingkup keluarga lingkungan kerja maupun masyarakat luas, kita harus menjadi sosok yang dapat dipercaya dan mampu menjaga amanah dengan penuh tanggung jawab, seperti halnya Rasulullah SAW dalam hijrahnya integritas menjadi modal utama dalam membangun peradaban Islam, dengan integritas seorang muslim dapat memberi dampak positif secara luas dan menebar keberkahan di sekelilingnya.

Kebermanfaatan diri adalah bentuk konkret dari ketulusan seorang hamba kepada sesamanya, dalam Islam sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Tahun baru Islam menjadi panggilan untuk memperluas cakupan kebermanfaatan tak hanya dalam bentuk materi tetapi juga ilmu, waktu, tenaga dan kebaikan hati, ketulusan dalam membantu sesama tanpa pamrih menjadi nilai luhur yang harus dihidupkan kembali di tengah krisis empati sosial. Awal bulan Muharam adalah saat tepat untuk menata niat dan memperkuat tekad menjadi pribadi yang tidak hanya peduli pada diri sendiri tetapi juga pada kesejahteraan sosial, melalui tindakan kecil yang ikhlas seseorang dapat menjadi bagian penting dalam keberlangsungan peradaban umat, inilah esensi hijrah yaitu berpindah dari sikap individualistis menuju jiwa sosial yang peduli dan memberi manfaat.

BACA JUGA:PERAN NAZHIR DALAM PENGELOLAAN & PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF

BACA JUGA:Peluang Startup yang Dipimpin Pemuda dalam Ekonomi Digital

Peradaban umat yang kuat lahir dari individu-individu yang berakhlak mulia dan sadar akan tanggung jawab sosialnya, dalam konteks ini bulan Muharam adalah momen membangkitkan semangat kolektif untuk memperbaiki kondisi umat melalui peningkatan kualitas pribadi, pendidikan karakter kepedulian terhadap lingkungan dan semangat gotong royong adalah bentuk implementasi nyata dari hijrah spiritual, awal bulan Muharam harus dijadikan tonggak dalam menanamkan nilai-nilai luhur di tengah masyarakat terutama kepada generasi muda, ketika setiap individu berusaha menjadi lebih baik, peradaban akan tumbuh secara alami dengan nilai-nilai Islam sebagai pondasinya, kesalehan individu yang berpadu dengan kesalehan sosial akan melahirkan masyarakat yang harmonis dan berdaya saing tinggi, inilah peran strategis yang harus diemban oleh setiap muslim dalam menyambut tahun baru hijriyah.

Tahun Baru Islam merupakan momentum yang penuh hikmah bagi umat Muslim untuk merenungi perjalanan hidup dan memperbaiki diri menuju arah yang lebih baik, dibalik peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, tersimpan pelajaran besar tentang perjuangan pengorbanan dan perubahan. Tahun baru hijriyah mengajarkan pentingnya niat yang ikhlas tekad yang kuat serta strategi dalam menghadapi tantangan kehidupan, ini menjadi momen evaluasi diri atas apa yang telah dilakukan dan mempersiapkan langkah-langkah ke depan yang lebih bermakna, dalam konteks pribadi, tahun baru Islam adalah saat untuk memperbarui hubungan dengan Allah dan sesama manusia, melalui muhasabah seseorang bisa mengetahui kekurangannya dan berupaya memperbaiki akhlak dan amalnya, inilah hikmah besar dari datangnya bulan Muharam setiap tahunnya.

Selain refleksi pribadi, tahun baru Islam juga membawa hikmah sosial dan spiritual yang mendalam. Ia mengingatkan umat untuk membangun solidaritas kepedulian dan semangat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat, peristiwa hijrah bukan hanya soal berpindah tempat, tapi juga transformasi menuju kehidupan yang lebih adil harmonis dan bermartabat. Muharam mengajarkan pentingnya menjunjung nilai-nilai kejujuran integritas dan tanggung jawab sebagai fondasi membangun peradaban, dengan memahami hikmah ini, umat Islam diharapkan mampu menjalani tahun yang baru dengan visi yang lebih luas dan niat yang tulus, keberkahan bulan Muharam akan terasa jika diiringi dengan usaha nyata untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat, maka mari jadikan tahun baru Islam sebagai titik awal perubahan menuju kebaikan yang lebih luas dan berdampak.

Akhirnya, Tahun Baru Islam adalah panggilan untuk memulai langkah baru dengan semangat hijrah integritas dan kebermanfaatan, setiap hamba Allah diberi kesempatan untuk berubah, memperbaiki diri, dan memberi kontribusi positif bagi kehidupan, awal bulan Muharam adalah simbol dari harapan dan tekad, bahwa setiap detik kehidupan bisa dijadikan ladang amal jika diniatkan dengan tulus, di tengah dinamika zaman nilai-nilai Islam harus tetap menjadi kompas moral yang membimbing arah hidup, kita harus menjadikan bulan Muharam bukan hanya sebagai perayaan seremonial, tetapi sebagai momentum spiritual yang mendorong perubahan nyata. Semoga dengan niat yang tulus dan usaha yang sungguh-sungguh, kita semua dapat menjadi bagian dari kebangkitan umat menuju peradaban yang mulia dan diridhai Allah SWT.

BACA JUGA:Profesi Akuntansi Naik Kelas, Kini Jadi Pengawal Keberlanjutan

BACA JUGA:QRIS Antarnegara: Menembus Batas, Membangun Jembatan Ekonomi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: