Menggali PAD Bangka: Jangan Hanya Parkirkan Harapan di Lahan Parkir

Pengumuman retribusi parkir di hutan Kota.--Foto: ist
Oleh: Ujang Supriyanto
Ketua Simpul Babel
___________________________________________
Selama beberapa tahun terakhir Pemkab Bangka terlihat berupaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan pendekatan yang cenderung pragmatis, seperti mengoptimalkan retribusi parkir di pusat keramaian. Contoh nyata adalah rencana menjadikan kawasan Hutan Wisata Sungailiat sebagai lokasi parkir berbayar.
Namun, pendekatan ini terkesan dangkal dan tidak visioner. Mengandalkan sektor parkir sebagai andalan peningkatan PAD bagaikan menyeduh teh dari ampas yang sudah tiga kali diseduh—potensinya ada, tapi nilainya kian mengecil. Sektor parkir adalah bentuk retribusi yang terbatas, fluktuatif, dan bergantung pada mobilitas masyarakat, bukan sektor produktif yang berkelanjutan.
Masalah
1. Ketergantungan pada Sektor Konsumtif:
Pendapatan dari parkir dan jasa retribusi sejenis hanya mengandalkan arus konsumsi, bukan produktivitas ekonomi lokal. Ini bukan strategi pembangunan, melainkan penambalan.
2. Minim Inovasi Ekonomi:
Tidak terlihat upaya serius dari Pemkab untuk menciptakan ekosistem ekonomi baru berbasis sumber daya lokal, ekonomi digital, ekonomi kreatif, atau hilirisasi komoditas.
3. Potensi SDA Belum Dimaksimalkan:
Kabupaten Bangka memiliki potensi besar di sektor perikanan, pertanian organik, produk UMKM, hingga energi terbarukan seperti biomassa dan energi surya. Tapi belum digarap serius menjadi sumber PAD.
BACA JUGA:Pilkada dan Hikmah Kurban: Antara Idealisme Rakyat dan Mahar yang Menggiurkan
BACA JUGA:Pentingnya Kata Sandi Kuat: Tameng Utama di Era Keuangan Digital
Saran Solutif dan Smart
1. Diversifikasi PAD dari Ekonomi Kreatif dan Digitalisasi:
Dorong digitalisasi layanan pemerintah, dan pungutan retribusi berbasis aplikasi (e-retribusi), terutama untuk pasar, wisata, dan jasa kebersihan.
Fasilitasi inkubator bisnis UMKM digital, terutama untuk kuliner khas, kriya, dan produk lokal Bangka agar bisa dipasarkan secara daring.
2. Hilirisasi Produk Unggulan:
Kembangkan produk turunan dari perkebunan dan sektor lainnya Jangan hanya ekspor bahan mentah—buat branding daerah untuk produk jadi dan setengah jadi.
Bangun kerja sama BUMDes dengan koperasi dan pelaku industri hilir agar value chain tetap berada di Bangka.
3. Optimalisasi Aset dan Kerja Sama Investasi:
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: