Dul, penggiat pendidikan di pedalaman Meratus
Dul--Foto: Ant
Hal itulah menjadi inspirasi lelaki yang bertubuh gempal itu untuk memulai niat luhurnya mengubah nasib anak-anak gunung melalui pendidikan.
Sebenarnya Dusun Manggun memiliki bangunan sekolah tingkat dasar. Bangunan itu didirikan oleh masyarakat setempat menggunakan dana swadaya dan diberi nama SDN Muara Urie Kelas Jauh.
Setelah terbangun, gedung dengan konstruksi kayu tersebut tidak memiliki guru karena tidak ada tenaga pendidik yang mau ditugaskan untuk mengajar di sekolah itu.
Bertahun-tahun SDN Muara Uri Kelas Jauh sempat vakum atau tidak ada aktivitas belajar mengajar karena tidak ada yang mau, sebab untuk menuju lokasi tersebut tidak mudah.
Vakum dari kegiatan belajar mengajar dan gedung tak terurus, hal itu membuat Dul Latif, warga Dusun Juhubincatan, Desa Muara Urie, tergugah hatinya untuk memberantas buta huruf.
Dia lantas merantau ke Kota Manado untuk menempuh pendidikan SMA yang sebelumnya pernah terputus beberapa tahun.
Setelah lulus SMA pada tahun 2014, Dul Latif melanjutkan kuliah di Universitas Klabat Kabupaten Minahasa, Utara Sulawesi Utara.
Dul Latif, anak pertama dari tujuh bersaudara, lulus kuliah dan diwisuda pada tahun 2018.
Pada tahun itu juga dia langsung pulang kampung untuk menjadi guru di SDN Muara Urie Kelas Jauh.
Semenjak mengajar di sana, anak-anak dan warga lain yang sebelumnya sempat putus sekolah, diajak kembali ke kelas untuk mengenal lagi dunia pendidikan. Jumlah siswanya kini mencapai 17 orang.
Mereka yang belum bisa membaca, menulis, cara berhitung, dan mengenal wawasan kebangsaan, kini tergugah tentang pentingnya mengenyam pendidikan.
Dul Latif memang menjadi pionir pendidikan di dusun itu. Dia aktif dalam kegiatan sosial dan berorganisasi untuk mengajak seluruh warga Dusun Manggun tetap melanjutkan pendidikan meskipun tinggal di pedalaman.
Bahkan, untuk tetap bisa bertemu dengan para siswa, Dul harus menempuh perjalanan selama 10 jam dari tempat tinggalnya di Dusun Juhu Bincatan untuk menuju SDN Muara Urie Kelas Jauh di Dusun Manggun.
Tidak ada kata terpaksa bagi bapak satu anak tersebut. Ikhlas dan semangat mengajar selalu menyelimuti jiwanya untuk memutus buta aksara pada masyarakat di pedalaman meski persoalan yang dilaluinya penuh tantangan.
Imbalan uang jelas bukan penggerak utama jiwa Dul untuk mengajar di daerah pedalaman itu. Gaji pertama menjadi guru Rp500 ribu per bulan selama 2019. Sejak 2020--2021 naik Rp250 ribu menjadi Rp750 ribu dan pada 2022--2023 naik menjadi Rp1 juta per bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: antara