Data MVO: Curah Hujan di Bangka Tinggi Bulan Desember, Januari, Februari

 Data MVO: Curah Hujan di Bangka Tinggi Bulan Desember, Januari, Februari

Grafik Hujanselama 1918-1927.-screnshoot -

BABELPOS.ID.- Tampaknya, fakta histori soal curah hujan dan banjir yang melanda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), lebih khusus lagi Pulau Bangka, bahwa curah hujan tertinggi untuk Pulau Bangka selalu terjadi di Bulan Desember, Januari, dan Februari --seperti sekarang ini--.

Banjir besar tahun 2016 melanda Pangkalpinang misalnya, itu di 10 hari pertama di Bulan Februari.  Banjir besar juga pernah terjadi n30 tahun sebelumnya atau 1986.

Menurut Sejarawan dan Budayawan Babel, Akhmad Elvian, berdasarkan data  MVO (Memorie van Overgave) atau Laporan Serah Terima Jabatan (Arsip Nasional Republik Indonesia, 1928) yaitu masa Residen Bangka AJN. Engelenberg (Tahun 1913-1918), Residen Doornik W (Tahun 1918-1923) dan Residen Fraser JJ (Tahun 1923-1925), serta masa Residen J.E Edie (Tahun 1925-1928), diketahui bahwa curah hujan tertinggi di Bangka terjadi pada bulan Desember, Januari dan Februari. 

BACA JUGA:Mulai Hujan, BPBD Minta Masyarakat Waspada Bencana Alam

''Akibat curah hujan tersebut banyak infrastruktur yang dibangun Pemerintah Hindia Belanda rusak dan untuk memperbaiki banyaknya jembatan dan jalan yang rusak karena tingginya curah hujan dan kuatnya arus air pada puncaknya di bulan bulan tersebut, penduduk pribumi Bangka dikerahkan dengan kerja paksa tanpa digaji (herendients atau corvee) dan hanya diberikan sedikit beras dan garam. Pada Tahun 1921 kewajiban ini hanya diwajibkan pada hal praktis seperti pada saat bencana alam. Di pulau Bangka setelah kewajiban ini dihapuskan diganti dengan pajak kepala bagi laki laki dewasa sebesar f3 (Tiga gulden) setahun,'' ujar Elvian.

Curah hujan yang begitu tinggi yang terjadi di bulan Desember dan Januari serta Februari juga menyebabkan kesulitan bagi Depati Amir dan pengikutnya dan kesulitan juga bagi pasukan Belanda dalam pertempuran. Depati Amir dikepung dan ditangkap pada tanggal 7 Januari 1851 dalam suasana sakit dan kelelahan serta kekurangan sandang dan pangan dalam cuaca dan curah hujan yang tinggi pada bulan Desember dan Januari. 

BACA JUGA:BPBD Babel Ajak Masyarakat Antisipasi Dampak Kemarau

Begitu juga beberapa kali banjir besar di Kota Pangkalpinang terjadi pada Bulan Januari dan Februari. ''Jadi wajar jika di bulan-bulan sekarang ini ini kita harus mewaspadai curah hujan yang tinggi dan pasang laut yang tinggi. Sejarah adalah guru yang utama dalam kehidupan,'' ujar Elvian mengingatkan***

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: