Sudah 1.578 Ha Lahan di Babel Ludes Dilalap Jago Merah
Karhutla Mulai Menimbulkan Kabut Asap di Babel. Bandara Depati Amir Saat Dilanda Kabut Asap. --
BABELPOS.ID.- Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) melansir data terbaru bahwa, hingga Jumat, 6 Oktober 2023, telah terjadi 802 kasus Karhutla menghanguskan seluas 1.578,18 hektare lahan di Babel.
Berikut data Karhutla Babel:
1) Belitung Timur, seluas 550,81 hektare dengan jumlah 264 kasus, 2) Belitung seluas 189 kasus menghanguskan seluas 365,95 hektare lahan.
Ke 3) Kabupaten Bangka Tengah sebanyak 75 kasus dengan luas lahan 240,14 hektare, 4) Bangka Barat seluas 247,99 hektare atau 145 kasus, 5) Kota Pangkalpinang terjadi sebanyak 63 kasus seluas 72,77 hektare, 6) Kabupaten Bangka Selatan sebanyak 52 kasus menghanguskan 64,52 hektare, Kabupaten Bangka sebanyak 14 dengan luas 36 hektare.
BACA JUGA: Karhutla di Babel Makin Meluas, Semua Warga Diminta Waspada!
"Saat ini hampir setiap hari masih terjadi karhutla disebabkan kondisi cuaca panas dampak El Nino, sehingga rumput dan ilalang menjadi mudah terbakar. Apalagi kondisi terkini di Babel memiliki cuaca sangat panas, mudah memicu semak belukar di lahan-lahan yang mengering meski tidak dibakar akan terbakar dengan sendirinya," tukasnya.
Mikron melanjutkan upaya-upaya yang dilakukan yakni terus berusaha melakukan pemadaman api di setiap adanya Karhutla, kemudian membagikan 10 ribu masker di setiap kabupaten/ kota.
"Jika memang kabut asap ini semakin tebal dan dikhawatirkan bakal mengakibatkan gangguan pernafasan, maka kami akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan supaya dilakukan pembelajaran secara daring," ungkap Mikron.
BACA JUGA: Kabut Asap Mulai Merata Tutupi Bangka dan Belitung
Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kehutanan Babel Fery Apriyanto menuturkan bahwa berdasarkan indeks standar pencemaran udara (ISPU), kualitas udara di Pangkalpinang masih kategori kualitas udara sedang di angka 68.
"Masih di warna biru, ini tingkat udara masih dapat diterima untuk kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan," ujarnya.
Berdasarkan alat pedeteksi kualitas udara ini, kata Fery, meliputi lima kategori. Yakni baik ditandai dengan warna hijau, sedang warna biru, tidak sehat (kuning), sangat tidak sehat (merah) dan berbahaya (hitam).***
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: