Guru Beretika, Siswa Beretika
Gusnia--Ist
Oleh: Gusnia, S.Pd
Guru SD Muhammadiyah Toboali
MENURUT Kompas (1985) siswa atau peserta didik merupakan mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah, dengan tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, berketrampilan, berpengalaman, berkepribadian, berakhlak mulia dan mandiri.
Siswa atau murid ialah seorang yang memiliki keunikan, dimana letak dari keunikan itu terdapat pada minat dan bakat yang mereka miliki masing-masing, sesuai kualitas dengan kelebihan dan kekurangan mereka. Sehingga guru dan orang tua tidak berhak memberi penilaian terlalu dini terhadap kualitas anak tersebut.
Dalam memberikan suatu pendidikan kepada siswa. Guru harus menyampaikan dengan rasa menghormati kepada mereka karena mereka dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan. Maka dengan dengan penyampaian tersebut mereka akan memiliki rasa kenyamanan ketika berada dilingkungan kelas tentunya mereka terbuka dan menyampaikan rasa keingintahuan terhadap penjelasan yang disampaikan terhadap mereka.
Sejatinya bahwa setiap siswa itu memiliki keterampilan dan pengetahuan dibidangnya sesuai minat dan bakat anak tersebut sehingga tidak satupun anak anak yang tidak bisa hanya belum bisa. Maka kita tidak bisa mengatakan bahwa siswa tersebut bodoh karena tidak ada siswa yang bodoh halnya setiap anak telah memiliki keunikan masing-masing dimana letak keunikan mereka di minat dan bakat mereka sendiri. Oleh karenanya sudah menjadi kewajiban seorang guru untuk memperlakukan siswa dengan sikap yang dewasa dan bijaksana.
Memang butuh kesabaran tinggi, rasa cinta dan positif thinking selama menghadapi siswa selama proses pendidikan berlangsung.
Adapun sebaliknya guru ialah sosok yang harus dihormati, karena guru ialah 'role model' sebagai sosok figur yang dewasa, memiliki etika yang baik, menginspirasi dan memotivasi yang akan ditiru oleh siswanya. Karakter dan sikap guru yang menginspirasi adalah pendidikan penting bagi anak-anak. Di sinilah siswa wajib dan pantas menghormati guru.
Guru yang beretika dan siswa yang beretika. Itulah suasana ketika didalam kelas dengan tutur bahasa yang baik maka menciptakan suasana pendidikan yang beretika.
Beberapa sejarah dunia tentang pendidikan, dan tokoh kelas dunia yang dulunya sempat salah terdiagnosa oleh sang gurunya.
Thomas Edison, yang terkenal sebagai penemu lampu itu pernah dipulangkan ke rumah oleh sekolahnya dengan sebuah catatan oleh gurunya yang mengatakan bahwa ia adalah anak yang terlalu bodoh dan tidak punya harapan.
Pada masa kecilnya di Amerika Serikat, Edison selalu mendapat nilai buruk di sekolahnya. Oleh karena itu ibunya memberhentikannya dari sekolah dan mengajar sendiri di rumah. Di rumah dengan leluasa Edison kecil dapat membaca buku-buku ilmiah dewasa dan mulai mengadakan berbagai percobaan ilmiah sendiri. Pada usia 12 tahun, ia mulai bekerja sebagai penjual koran, buah-buahan dan gula-gula di kereta api.
Louis Pasteur, yang dikenal sebagai ilmuwan asal Prancis ini yang berjasa besar bagi dunia kedokteran, juga sempat mendapat predikat stempel dari guru kimianya bahwa ia merupakan siswa yang lambat belajar. Dan masih banyak lagi contoh-contoh ‘penghakiman’ terlalu dini terhadap kualitas anak yang notabene sebagai sosok ‘unik’ yang sedang belajar, ‘mencari’ dan berkembang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: