Kapitan Tionghoa Selundupkan Senjata dan Mesiu Bantu Perjuangan Depati Amir

 Kapitan Tionghoa Selundupkan Senjata dan Mesiu Bantu Perjuangan Depati Amir

--

BABELPOS.ID.- Meskipun tidak tercatat secara khusus, namun kalangan warga Tionghoa yang ikut perjuangan Depati Amir --Pahlawan Nasioal asal Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel)-- tidak semuanya ikut terjun ke medan perang.  

Mungkin ada pertanyaan, darimanakah Depati Amir dan pasukannya memperoleh senjata dan mesiu?  Apakah semata dari hasil rampasan senjata musuh?  Ternyata tidak.

Sejarahwan Babel, Akhmad Elvian menyatakan, dari bos-bos atau pengelola timah yang disebut dengan istilah Kapitan yang ditunjuk Pemerintah Hindia Belanda, diam-diam banyak juga yang membantu perjuangan Depati Amir.

BACA JUGA: Pejuang-Pejuang Tionghoa yang Terbuang Bersama Depati Amir

Para Kepala Kongsi penambangan Timah awalnya dipanggil Tiko atau Taiko atau Tauke yang berarti saudara tua atau kapthai diubah status dan namanya dengan jabatan dan pangkat kehormatan (titulair) yang disebut dengan kapitan. 

Para kapitan memiliki kekuasaan atau otoritas yang besar dibidang ekonomi, politik dan hukum atas orang orang Tionghoa pekerja tambang Timah di pulau Bangka. Para Kapitan kemudian dipercaya oleh pemerintah Hindia Belanda untuk mengelola tambang dan mengorganisir pekerja tambang Timah Cina di pulau Bangka. Pemerintah Hindia Belanda mengangkat jabatan Kapitan Cina  titulair yang secara keseluruhan disebut Chinese Officieren atau Opsir Tionghoa untuk membedakan dengan Kapitan Arab dan Kapitan India.

menurut Akhmad Elvian, Institusi Kapitan Cina di Pulau Bangka atau di Hindia Belanda secara keseluruhan terdiri atas Tiga pangkat yaitu Majoor, Kapitein dan Luitenant der Chinezen. 

BACA JUGA:Liu Ngie Sang 'Robin Hood'. Pejuang Tionghoa Penentang Penjajah Belanda dari Bangka

Dalam catatan sejarah di pulau Bangka, terdapat beberapa orang Majoor berkedudukan di Mentok dan Pangkalpinang serta beberapa orang Luitenant dan Kapitein di Belinju, Sungailiat, dan Merawang serta di wilayah administrasi pertambangan Timah lainnya di pulau Bangka. Setidaknya pada sekitar antara Tahun 1848-1851 Masehi terdapat sekitar 250 Tambang Timah dan 5000 pekerja tambang Timah Cina yang dikelola oleh Pemerintah Hindia Belanda dan dikoordinir oleh para Kapitan Cina.

Peran para kapitan Cina di pulau Bangka sangat besar termasuklah pada saat perlawanan rakyat Bangka yang dipimpin oleh Depati Amir (Tahun 1848-1851 Masehi). Para Kapitan Cina yang ada di Bangka kiprahnya pada saat perlawanan Rakyat Bangka yang dipimpin oleh Depati Amir berbeda-beda, ada yang membantu Depati Amir dan rakyat Bangka, ada yang berpihak kepada pemerintah Hindia Belanda dan ada yang bersikap netral. 

Bantuan terhadap pasukan Depati Amir datang dari kepala-kepala parit penambangan Timah berupa senjata dan mesiu yang dibeli dari Singapura. 

Bantuan senjata dan mesiu terutama datang dari orang-orang Cina seperti Bun A Tjong kepala parit kampung Air Duren, Ho Tjing kepala parit Seruk, Tjin Sie kepala parit Singli Bawah, Kai Sam dan Ko Su Sui. Letnan Cina Merawang Oen Bing Hee juga merapatkan diri bersama pasukan Depati Amir lainnya (Madjid, 2015:10). 

BACA JUGA:Liu Ngie Sang 'Robin Hood'. Pejuang Tionghoa Digantung Belanda di Pasar Mentok

Dalam arsip kolonial Belanda antara Tahun 1850 sampai 1851 masih banyak lagi orang-orang Cina yang mengambil jalan untuk ikut berperang membantu Depati Amir dalam perang melawan penjajahan Belanda. Bantuan kepada pasukan Depati Amir juga berasal dari beberapa orang mualaf seperti Raman, Aim dan King Tjoan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: