BENTENG PENUTUK DI PULAU LEPAR (Bagian Delapan)

 BENTENG PENUTUK   DI PULAU LEPAR  (Bagian Delapan)

Oleh: Dato’ Akhmad Elvian, DPMP

Sejarawan dan Budayawan

Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia

 

DALAM Algemeen Verslag Der Residentie Banka Over Het Jaar 1850, Bundel Bangka Nomor 41 dinyatakan bahwa: “Serangan orang Sekak dari pulau Belitung dan pulau Lepar sebagai perompak telah memberikan alasan untuk mengirimkan ke pulau ini beberapa kapal uap bersenjata yaitu; kapal uap Borneo, Unrust dan Etna. 

-------------

MEMANG perahu-perahu perang tidak digunakan untuk menghukum para pelaku pidana ini, tetapi informasi telah diperoleh mengenai kondisi di pulau-pulau ini yang dengan kelemahan kita dianggap sangat penting”. Residen Bangka juga sudah memerintahkan untuk menempatkan sebuah kapal uap sewaan Onrust di kawasan ini (kawasan Perairan pulau Lepar dan pulau Belitung). Residen Bangkapun berkunjung atau inspeksi ke Distrik Toboali dan selama kehadiran residen di Toboali, melalui perantaraan Mas Agus Muhammad Assik, kepala Kepulauan Lepar, Lima orang yang termasuk penduduk Pulau Lepar menyerahkan diri, yang dahulu bersama beberapa orang Belitung terpaksa melakukan perompakan.

BACA JUGA:BENTENG PENUTUK DI PULAU LEPAR (Bagian Satu)

Terkait keberadaan orang Laut atau orang Sekak yang membantu Depati Amir dapat kita lihat dalam arsip pertimbangan dan saran dari wakil komandan Admiral Angkatan Laut Hindia Belanda dan Inspektur Marine kepada gubernur Jenderal di Batavia: Pertimbangan dan saran ini menanggapi Surat Residen Bangka 3 September 1850 Nomor 4537: ternyata kabar dari penguasa pulau Lepar dan Depati Biliton bahwa bajak laut (perompak) yang terlihat berulangkali di pantai Jawa adalah orang laut dari Lepar dan Biliton, rupanya betul halnya sama dilaporkan Gezag Hebber (penguasa) Horneveld pada waktu itu ketika berada/bertugas di Borneo Selatan di Kotawaringin, nama penguasa perompak itu Mah Sarinah dan Mah Cirbu, hal yang sama dilaporkan komandan perahu yang kapalnya dirampok, pada akhir-akhir ini pantai Jawa menjadi berbahaya dan tidak aman. Dalam pikiran saya, para perampok itu menempati (rumah) di Biliton (pulau Belitung) atau pulau-pulau sekitarnya (Kepulauan Lepar), nampaknya tidak diragukan lagi perompak itu membantu Amir atau setidaknya berhubungan dengan Amir (Depati Amir). Perahu perahu perampok itu sekarang telah meninggalkan pantai Jawa dan hasil rampasan dibawa pulang, Amir (maksudnya Depati Amir) diberitahu menjadi sedikit senang. 

BACA JUGA: BENTENG PENUTUK DI PULAU LEPAR (Bagian Dua)

Melihat keadaan itu menurut saya segera dilakukan tindakan hukum-pengaduan harus segera dilakukan tindakan penyelesaian, dilakukan kunjungan ke tempat tinggal mereka dengan kekuatan senjata, penindakan diperkuat, menghalang-halangi tindakan yang merugikan dari mereka, untuk penempatan mereka kembali di pulau Biliton (Belitung). Dalam hubungan dengan ini saya usulkan kepada anda yang terhormat (Gubernur Jenderal), usul itu saya satukan dalam Laporan Departemen Militer dan Marine (AL) untuk memberi kuasa: Kepada komandan Opsir Kapal Api Bromo, yang dalam laporan itu diusulkan dipindahkan untuk memperkuat tindakan militer ke Teluk Kelabat dan setelah membantu tindakan operasi militer di Teluk Kelabat tersebut dan diperintahkan segera tugas di teluk itu dapat diselesaikan, selanjutnya meninggalkan dan berlayar ke arah Timur Bangka ke Selat Gaspar, dan di sana banyak air yang dalam sehingga kapal dapat merapat di pantai Biliton, dekat dengan pulau Lepar untuk melakukan penyelidikan dan mencoba menjaga kehidupan penduduk agar kembali tenang seperti dulu dan terutama menghalang-halangi penduduk yang memberi bantuan kepada Amir.

 BACA JUGA:BENTENG PENUTUK DI PULAU LEPAR (Bagian Tiga)

Mah atau Mak atau Ma adalah sebutan dalam bahasa Sekak untuk menunjuk kepada pemimpin gerombolan/kelompok orang Sekak atau batin orang Sekak, orang Laut Pribumi Bangka. Untuk mencegah Depati Amir mendapat bantuan dari pribumi Bangka orang laut suku Sekak lainnya, residen Belanda meminta bantuan Mas Agus Muhammad Assik, Kepala Kepulauan Lepar untuk mempengaruhi orang-orang Sekak agar tidak membantu Depati Amir. Untuk itulah salah satu tujuan Residen Bangkapun berkunjung atau inspeksi ke Distrik Toboali.

BACA JUGA:BENTENG PENUTUK DI PULAU LEPAR (Bagian Empat)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: