Ingat! Pengayaan Thorium & Uranium Harus izin PBB, BPJ: Khawatir 'Cuma Market'?
Bambang Patijaya- FOTO: Ilust babelpos.id-
MENJELANG 24 Maret 2023 --limit pergantian/berlanjutnya Penjabat Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel)-- Ridwan Djamaluddin, terus melontarkan sederet wacana 'indah' terutama di sektor pertambangan.
Mulai dari Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) yang konon hanya menunggu waktu, lalu royalti timah 10 Persen, kini wacana lama --pernah terangkat tahun 2011-2012 oleh BATAN--, soal pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) yang memang berbahan Thorium yang untuk sekarang diprakarsai oleh PT ThorCon International, Pte. Ltd di Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) menghangat lagi.
Bahkan pembangunan yang saat ini masih dalam untuk di Pulau Gelasa turut disikapi oleh anggota Komisi VII DPR RI dapil Babel, Bambang Patijaya (BPJ), ketika ditemui pada Sabtu (18/3). Bambang tak menampik jika kandungan thorium memang dapat dikatakan lebih aman.
Namun, dirinya juga mempertanyakan apakah Babel mampu dalam memproduksi kandungan tersebut.
“Ini kan emang bagian dari energi terbarukan, secara keamanan kita lebih aman daripada uranium. Tapi ingat mau uranium atau thorium, apakah betul kita mampu memproduksinya?” ucap Bambang.
Jangan sampai, lanjut Bambang, hal ini menjadi strategi market saja. Dirinya juga mengingatkan untuk pengayaan thorium dan uranium itu tetap perlu izin PBB, dan tidak bisa dilakukan sembarangan.
“Tolong data geologis-nya bener dulu, tadi saya ngomong kan jangan di glorifikasi seolah kita ada dan besar, ternyata barangnya tidak seperti itu, itu namanya mencelakai orang. Kan ditanya punya gak kita? Besar gak? besar, datanya mana? dikeluarkan ESDM, cuma satu pertanyaan saya, ekplorasinya kapan? enggak pernahkan? yang ada hepotetik,” tukasnya.
Sementara, Pejabat Gubernur Babel Ridwan Djamaluddin mengatakan, perusahaan yang memperkasai PLTT ini sudah bertemu dengan pihaknya guna melakukan kajian terkait hal tersebut.
“Mereka sudah bertemu saya, mereka minta waktu untuk persentasi kajian lingkungan. Dari kajian teknis, menurut hemat saya ini tidak perlu ditakuti,” kata Ridwan di tempat yang sama.
Hadirnya PLTT itu, diakui Ridwan, memang memiliki resiko. Akan tetapi, menurutnya kandungan thorium ini berbeda dengan uranium dan dengan barang radioaktif lainnya. “Kajian sudah ada, dan yang paling penting nantinya aspek teknologinya akan lebih aman jika ini bisa terlaksana,” tuturnya.
Selain itu, dikatakan Ridwan, apabila PLTT ini jadi dibangun di Babel maka harga listrik akan lebih murah dan akan meningkatkan daya saing industri di Babel.
“Saya akan mengusahakan bagaimana Babel ini memiliki nilai lebih dibandingkan tempat lain. Jika harga lisrik ini menjadi 4 sen dolar, akan membuat industri akan tumbuh dan membuat kita lebih maju,” pungkasngya.
Diberitakan sebelumnya, PT ThorCon International, Pte. Ltd mengklaim rencana pembangunan PLTN berbahan thorium di Babel diterima oleh sebagian masyarakat lewat survei responden dari akademisi sekitar 73,73 persen.
Hanya saja, survei ini tidak merincikan berapa jumlah dan kalangan mana saja yang telah disurvei di tujuh kabupaten/kota di Babel. "Dan hampir 90 persen melihat PLTN itu ada manfaatnya, tidak menerima manfaat tidak kurang dari 1 persen. Yang belum menerima karena khawatir dengan resiko," sebutnya Kepala Perwakilan PT Thorcon International Bob S. Effendi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: