Hampir Menang...

Hampir Menang...

Syahril Sahidir - CEO Babel Pos Grup--

"BISA kamu buka klinik atau ruang konsultasi untuk calon yang kalah --maaf--- maksud ayah calon yang 'hampir menang' di Pemilu nanti?"

Oleh: Syahril Sahidir - CEO Babel Pos Grup

"MAKSUD ayah, untuk mereka yang mencalonkan diri dalam Pemilu, baik Caleg maupun Kepala daerah yang stres karena kalah begitu?'' tanya balik anak penulis yang kuliah di Fakultas Psikologi sebuah Perguruan Tinggi di Jakarta.

''Bukan yang kalah?  Karena tidak ada yang kalah. Yang benar itu, 'hampir menang','' ujar penulis meralat ucapan si anak yang tegas begitu.  

''Juga bukan hanya untuk melayani calon yang hampir menang itu saja, tapi juga melayani keluarganya,'' ujar penulis lagi.  

''Lho, kok keluarganya?'' 

''Bukan tidak mungkin, keluarganya si calon yang 'hampir menang' itu lebih stres, lebih tertekan, lebih malu, lebih berat bebannya ketimbang si calon itu sendiri?'' ujar penulis lagi.

''Jadi, lain yang mencalonkan diri lain yang stres?'' ujar si anak bertanya heran.

''Oh, itu bukan hal yang aneh? Bahkan ada kadang calon yang hampir menang itu itu gak kenal dengan pendukungnya yang stres...'' 

Dialog itu terjadi jelang Pemilu 2019 lalu. Anak penulis yang lagi semangat-semangat menempuh pendidikan sempat mencoba mengajukan ide tersebut ke pengajarnya.  Namun sayang ditolak pihak perguruan tinggi.  Maklum, takut mahasiswa mereka terjebak ke dalam politik praktis.

***

BEGITULAH memaknai syahwat politik.  

Logikanya, jika seorang calon tahu bahwa dia pasti kalah, tentu dia takkan turun gelanggang. Karena sadar percuma menghabiskan energi dan pundi-pundi hanya untuk dipecundangi?

Setiap calon yang siap bertarung adalah adanya keyakinan akan menang. Sehingga wajar jika sang kandidat rela dan siap melakukan apapun guna membuktikan keyakinannya itu.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: