Bujang Pede: Maysaroh tak Minta Mahar

Bujang Pede: Maysaroh tak Minta Mahar

--

"TADI malam aku dan emak ke rumah Maysaroh," kata Bujang pada dua sohibnya, Ipank dan Odoy.

"Whatsss..." ujar Ipank dan Odoy, nyaris bersamaan.

Saat itu, mereka bertiga sedang nonki di kedai kopi Mang Gareng. Biasalah, para bujangan, selain ngerumpi, ngobrol sana sini, juga membual.

"Ya, aku melamar Maysaroh. Kutanya sama dia, menikah nanti mau minta apa. Sawah, sapi, emas, permata, mobil atau rumah?" kata Bujang dengan ekspresi yang sangat serius.

"Lalu?" tanya Ipank penasaran.

"Ternyata Maysaroh berhati mulia. Dia tidak minta apa-apa. Dia tak meminta emas, tak mau permata, sawah, sapi, mobil, apalagi rumah mewah," kata Bujang.

Ipank dan Odoy serasa tak percaya. Tapi mereka mengakui bahwa Maysaroh perempuan yang berhati baik dan mulia.

"Aku juga tanya pada Maysaroh. Nanti bulan madu mau ke mana? Ke Bali, Lombok, Rajaampat, atau mau keliling Eropa," tukas Bujang.

"Terus, Maysaroh pilih yang mana?" tanya Odoy sembari mendekat pada Bujang.

Bujang diam sejenak. Ia sengaja lakukan itu agar dua sohibnya makin dihantui rasa penasaran.

Lalu Bujang melirik cangkir kopi Ipank. Ipank mengerti, digesernya cangkir kopi itu ke hadapan Bujang. Tanpa menunggu lama, Bujang langsung menghirup kopi itu. Seteguk, dua, hingga lima tegukan.

"Apa yang Maysaroh katakan,'' kali ini Ipank yang bertanya.

Bujang melirik ke arah piring berisikan roti bakar di hadapan Odoy. Odoy pun mengerti. Diserahkannya piring berisikan dua roti kembar itu ke Bujang. Bujang pun melahapnya.

"Maysaroh tidak minta bulan madu yang jauh. Dia tak mau ke Bali, ke Eropa, atau tempat yang kusebutkan tadi," kata Bujang dengan mulut penuh roti bakar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: